Kebudayaan yang Terpaksa Berbeda
Penulis: Nurul ‘Ain (Ilmu Komunikasi – Universitas Andalas)
Editor: Martha
Sedikit berbeda suasana di lebaran kali ini. Sebuah tradisi dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat saat akan menyambut hari kemenangan, Hari Raya Idul Fitri. Kebudayaan yang setiap tahunnya dilaksanakan tiba-tiba dipaksa untuk berhenti melakukan dan melaksanakannya yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 yang jadi pengacau rencana ditengah kebiasaan masyarakat pada umumnya.
Tidak terasa setelah satu bulan berpuasa kini tibalah saatnya dipenghujung Ramadan. Tentu kita melakukan persiapan menyambut hari lebaran yang walau tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Semangat dan kemeriahan yang sedikit hilang tampak diwajah masyarakat.
Kebiasaan masyarakat untuk berbelanja dan membeli segala macam persiapan untuk lebaran susah untuk dihentikan oleh para petugas keamanan Covid-19. Dapat kita lihat pada kutipan berita detik.com H-1 lebaran, Pasar Tanah Abang ramai diserbu emak-emak. Hal ini terjadi karena kebiasaan masyarakat untuk mempersiapakan lebaran sedemikian rupa.
Tidak hanya itu, kejadian yang sama dapat dilihat pada pengunjung di Pasar Rawalumbu, Bekasi Timur yang padat oleh warga setempat. Dari pemberitaan tersebut dapat kita lihat bahwa banyak dari kalangan masyarakat yang melupakan dan tidak menerapkan protokol kesehatan dan keamanan yang dianjurkakan oleh pemerintah.
Lagi-lagi kebiasaan dan budaya yang biasanya juga dilakukan oleh masyarakat adalah membeli baju lebaran pada H-1 lebaran. Tidak peduli dengan penyebaran Covid-19 ini, masyarakat malah tak pedulikan petugas kepolisian dan malah memarahi dan membentak kembali. Seperti yang terjadi di Pasar Payakumbuh. Dikutip dari instagram Info Sumbar yang memperlihatkan tindakan para pedagang yang memberontak dan membuka pagar besi penghalang jalan secara terang-terangan. Beberapa orang menilai bahwa kejadian tersebut cukup panas dan mengerikan.
Apa yang dianjurkan oleh pemerintah dalam peraturanya merupakan suatu anjuran agar rakyat dan masyarakatnya tetap aman, sehat dan terhindar dari penyebaran Covid-19. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan dan kebiasaan adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dirubah secara mendadak atau secara praktis saja tentu ada proses yang mengiringinya. Namun, kita perlu melihat kembali situasi seperti apa yang hendak kita hadapi. Ini menyangkut nyawa seseorang dan keselamatan suatu negri.
Sebenarnya, yang perlu kita ingat bersama adalah bahwa tidak mengapa jika ada kebudayaan dan kebiasaaan yang terpaksa berbeda. Namun, jika hanya satu dua orang saja yang melasanakan dan patuh untuk tidak melaksanakan kebiasan dan budaya itu, maka semuanya akan terlihat sia-sia saja. Mari kita untuk sama-sama mejaga, menahan, dan saling menghargai supaya negeri kita cepat sembuh. Hingga kita bisa melaksanakan kebiasaan dan kebudayaan kita seperti semula.