ArtikelFEATUREDPendidikan

Peran Perempuan Indonesia dalam Menyikapi Perkembangan Teknologi 4.0 Masa Depan dari Aspek Pendidikan

Penulis: Rosiana Sinaga
Editor: Martha

Pendidikan adalah kunci untuk menyiapkan generasi penerus yang unggul dan mampu bersaing secara global. Kekuatan bangsa diukur dari kualitas sumber daya manusia yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Proses tumbuh dan kembang anak memerlukan perhatian khusus, demi terwujudnya anak yang berkualitas  untuk menyikapi perkembangan teknologi 4.0 di masa kini dan yang akan datang. Kualitas anak harus diimbangi dengan ahlak mulia, dan mampu bertindak cepat, dikarenakan arus informasi  dan pemanfaatan teknologi 4.0 sangat ditentukan dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk mampu mengimbangi perkembangan teknologi 4.0 tersebut.  Lingkungan yang berperan untuk menciptakan SDM unggul adalah keluarga, pendidikan formal dan non formal, serta masyarakat. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama untuk mendukung pendidikan dan perkembangan anak. Di dalam keluarga inilah peran perempuan (ibu) sangat penting. Untuk itu saya akan sangat menyoroti peranan perempuan Indonesia dalam karya tulis ini.

Proses pendidikan telah terjadi sejak masa kehamilan sembilan bulan. Hubungan emosi antara ibu dan anak sudah terjalin secara mental, sikap tenang diimbangi dengan asupan nilai gizi yang baik dapat membentuk janin menjadi calon SDM yang sehat, cerdas dan mampu menerima pendidikan secara baik sejak dini. Dilanjutkan setelah lahir sampai umur 6 tahun bahkan 7 tahun merupakan golden age (masa emas) untuk pendidikan anak. Peranan orang tua khususnya perempuan sebagai ibu sangat dominan untuk pendidikan anak. Pola asuh 3A (asah, asih, asuh), kualitas stimulus dan gizi yang baik sangatlah mempengaruhi kualitas anak untuk berkembang dan menyerap pendidikan secara baik. Howard Gardner seorang pakar psikologi, pada tahun 1993 pertama kali mencetuskan delapan (8) kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dan seiring sejalan perkembangan penelitian  sampai saat ini para pakar menemukan sembilan (9) kecerdasan majemuk. Adapun sembilan bentuk kecerdasan yang sejak dini dimiliki setiap anak antara lain :

  1. Kecerdasan Linguistik
  2. Kecerdasan Matematik Logis
  3. Kecerdasan Visual-Spacial
  4. Kecerdasan Kinestik Logis
  5. Kecerdasan Musikal
  6. Kecerdasan Interpersonal
  7. Kecerdasan Intrapersonal
  8. Kecerdasan Naturalis
  9. Kecerdasan Eksistensial

Untuk menumbuhkan semua kecerdasan tersebut, perempuan atau ibu perlu banyak belajar mendampingi dengan menciptakan lingkungan pembelajaran di rumah dan menkolaborasi pendidikan sosial anak sebagai pondasi awal dengan menyekolahkan di sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD). Integrasi dua hal ini sangat penting, sehingga anak dapat belajar dengan konsep awal dengan bermain sambil belajar dan sebaliknya belajar sambil bermain.

Perlu saya tekankan bahwa PAUD merupakan sarana pendukung yang baik, namun orang tua khususnya perempuan sebagai ibu adalah guru pertama dan utama serta rumah adalah sekolah penting. Jangan hanya retorika saja,  suami dan istri harus kompak dan saling mendukung sehingga secara konkrit rumah dapat dijadikan sebagai lingkungan pembelajaran pertama. Apalagi masa balita anak hampir 90% berada di rumah. Peran perempuan dalam pendidikan sangat besar dalam  menyikapi perkembangan teknologi 4.0. Untuk mengimbanginya membutuhkan kualitas SDM yang cerdas dan berkarakter. Tidak gagap teknologi dan tidak menjadi korban teknologi dan arus informasi. Disini saya tekankan kembali kolaborasi antara orang tua dan sekolah PAUD sangat penting untuk mengoptimalkan pendidikan anak sejak dini untuk persiapan perkembangan teknologi 4.0. Dengan kolaborasi yang tepat antara peran orang tua khususnya perempuan sebagai ibu dan sekolah PAUD sebagai lingkungan sosial pendidikan awal anak, diharapkan dapat menggali semua kecerdasan anak secara optimal, lahirlah generasi luar biasa yang mampu menyikapi perkembangan teknologi 4.0. Untuk mencapai hal tesebut sangatlah ditentukan dari perananan perempuan dalam melakuakn pendidikan anak usia dini secara berkualitas. Pengalaman saya pribadi sebagai perempuan (ibu) dan guru PAUD sejak tahun 2008, saya dapat menjelaskan bahwa menjadi guru anak usia dini sangat penting dan sulit, alias tidak sederhana. Memerlukan totalitas dan seni mengajar yang unik. Tidaklah aneh, belajar dari negara maju yang menerapkan standar guru anak usia dini minimum S1bahkan S2. Kalau di Indonesia belum menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Kesadaran akan hal tersebut yang perlu di tingkatkan di negara ini.

Negara yang ingin maju dan siap menyikapi teknologi 4.0 selain mempersiapkan kaum perempuan untuk lebih efektif mendidik anak pada masa emas, harus siap juga dengan sarana pendukung seperti sekolah PAUD untuk menjadi prioritas. PAUD merupakan proses awal pendidikan yang menentukan tingkat proses pendidikan selanjutnya, selain peran perempuan itu sendiri dalam pendidikan di lingkup keluarga. Sudah saatnya pemerintah berpikir untuk merubah perencanaan pendidikan harus dimulai dari PAUD, sinergis dengan peran perempuan (ibu) dalam keluarga. Saya sangat bersyukur, suami sangat mendukung saya berperan ganda sebagai perempuan, baik bekerja mencari nafkah dan mendidik anak. Berkat doa dan kerja keras, saya memiliki tiga orang anak yang telah bekerja, mereka memiliki proses berpikir yang jelas dan sistematis, mampu menyelesaikan masalah dan memiliki rasa percaya diri. Kondisi ini yang mendorong saya untuk pensiun dini dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan menjadi relawan untuk anak usia dini denagan mendirikan sekolah PAUD di garasi rumah kami pada awalnya di Cilandak hingga sekarang memiliki bangunan sendiri dengan nama PAUD Bintang Kelurahan Cilandak Timur. Jelas dapat dilihat peran perempuan disini dalam aspek pendidikan dengan kami mengumpulkan beberapa orang tenaga perempuan yang menjadi relawan guru PAUD Bintang.

Menyikapi perkembangan teknologi 4.0 dibutuhkan SDM yang kreatif, kritis, komunikasi efektif, produktif dan kolabarasinya sehingga terbentuk SDM yang dapat meyelesaikan permasalahan yang kompleks secara cepat dan tepat,  berkarakter mulia dengan dasar-dasar norma yang baik. Pengalaman saya pribadi, kalau  pengasuhan itu sejak dini sudah sesuai seperti yang saya jelaskan diatas, seharusnya kedepannya seorang anak dapat berinteraksi dan bermanfaat di lingkungan masyarakat dalam situasi apapun bahkan dalam menghadapi tantangan masa teknologi 4.0 sekarang ini dan selanjutnya. Bila kemampuan anak cerdas dan berkarakter sudah seharusnya siap dan lancar adapatasinya untuk menghadapi perkembangan zaman dan segala tuntutannya. Sebagai perempuan di dalam keluarga, cukup melengkapi pengetahuan serba digital secara tepat dan cerdas. Menyikapi perkembangan teknologi 4.0 memerlukan kualitas SDM yang unggul karena kedepannya peran SDM semakin sedikit, sudah diambil alih oleh kecerdasan artifisial, teknologi, dan robot. Melibatkan anak sejak dini dalam kegiatan di dalam rumah merupakan salah satu contoh sederhana yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan. Sikap ini juga yang saya terapkan di PAUD. Anak harus mandiri di lingkungan rumah dan sekolah sesuai dengan kemampuan masing-masing anak dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan menarik perhatian anak sehingga tidak membosankan. Kegiatan tugas-tugas di rumah dan PAUD yang dilakukan secara berulang-ulang menjadi suatu kebiasaan yang mempengaruhi anak untuk belajar percaya diri dan konsisten, tertanam juga nilai disiplin yang sangat baik untuk membuat karakter anak menjadi kuat dan siap menghadapai berbagai macam tuntutan untuk menjadi SDM unggul di masa teknologi 4.0 sekarang ini dan selanjutnya. Dengan mendidik dan memberi tanggung jawab ke anak untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya di rumah dan di PAUD, akan merangsang kreatifitas anak untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah sejak dini dari hal-hal yang sederhana. Hal ini yang harus dibentuk sejak dini oleh perempuan Indonesia terhadap anaknya untuk menciptakan SDM unggul. Pengalaman saya pribadi sebagai ibu di keluarga dan menjadi guru di PAUD, pola asuh saya membiasakan anak kuat secara mental untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Saya tidak setuju anak diposisikan di dalam zona nyaman, bahkan untuk anak-anak didik PAUD Bintang, saya ciptakan studi kasus dari kegiatan sehari hari di sekolah dalam bentuk tantangan, supaya proses berpikir anak menjadi lebih kreatif sehingga dapat menyelesaikan suatu tantangan/ permasalahan secara mandiri. Sesuai dengan buku panduan kami di PAUD Bintang untuk mendidik anak menjadi mandiri dan kreatif, dijamin SDM unggul sudah tercipta sejak dini untuk menyikapi teknologi 4.0.

Hai perempuan Indonesia, ada hal penting yang ingin saya ingatkan, jangan lupa kita  perempuan diciptakan dengan talenta “multi tasking”. Peran perempuan dapat dimaksimalkan, selain mendidik anak dapat juga menunjang biaya pendidikan anak. Banyak yang bisa dilakukan,  baik bekerja, usaha sampingan, dan lain-lainnya. Perempuan diciptakan untuk dapat melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Jadi jangan takut untuk berperan ganda, karena selain mendidik, pendidikan juga butuh biaya, apalagi di tingkat selanjutnya hingga perguruan tinggi. Perlu diketahui peran perempuan per Februari 2019 berdasarkan data BPS hanya 55,5% dibandingkan laki-laki yang mencapai 83,18% dalam mencari nafkah. Hal ini perlu saya utarakan karena perempuan secara genetik punya kemampuan multi tasking tersebut, sangat bisa diatur oleh kaum perempuan untuk dapat berperan ganda mencari nafkah sekaligus mendidik anak bahkan membina keluarga dan mendukung suami. Mari kita buktikan untuk menyikapi perkembangan teknologi 4.0, selain perempuan Indoneisa dapat mendidik anak secara tepat berkolaborasi dengan sekolah PAUD,  mampu juga mencari nafkah untuk biaya pendidikan anak. Masyarakat kita masih kental budaya patriarki, namun sudah banyak bukti di kehidupan bahwa perempuan banyak yang sukses berperan ganda, sehingga seharusnya kedepannya sudah dapat diterima, dengan catatan kaum perempuan percaya diri akan talentanya. Sudah secara alami perempuan  dapat ber “multi tasking” sehingga bisa fokus di berbagai bidang. Dan yang terakhir, saya ingin tegaskan bahwa perempuan yang ingin sukses mendidik anak harus bisa multi tasking, percaya diri, membekali diri dengan perspektif terkini, pengetahuan, wawasan luas, paham teknologi digital, serta paham pengetahuan praktis membina anak cerdas sejak dini (kolaborasi dengan PAUD) guna menyikapi perkembangan teknologi 4.0. Serta jangan lupa 4B, yaitu: Berdoa, Bekerja keras, Bersyukur, Berpikir positif. Semoga karya tulis ini dapat memberi semangat bagi perempuan Indonesia.

Sekilas tentang Penulis
Rosiana Sinaga biasa dipanggil Kak Ros. Saat ini Kak Ros menjabat sebagai Kepala Sekolah PAUD Bintang. Beliau sangat aktif dalam kegiatan parenting, sekolah, dan Anak Usia Dini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *