Idul Fitri 1441 H: Antara Mall Vs Masjid
Oleh: Martha Syaflina
Beredarnya video yang menggambarkan keadaan Mall Ciledug membuat beberapa dari netizen geram dan marah. Himbauan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seolah-olah hanya dijadikan hisapan jempol belaka. Masyarakat nampaknya sudah gerah dan geram dengan aturan-aturan pemerintah yang dibuat tidak konsisten.
Banyak yang mengomentari bahwa ”Mall dibuka, Sholat di Masjid Dilarang”. Hal ini juga menyulutkan emosi dan amarah sebagian dari umat Islam yang sudah beberapa bulan ini melakukan ibadah di rumah atau tidak pergi ke masjid. Termasuk sholat Jum’at juga dilakukan di rumah.
Menjelang lebaran, memang masyarakat terbiasa keluar rumah lalu pergi ke pusat-pusat perbelanjaan untuk membeli souvenir dan pakaian lebaran. Menyambut Hari Kemenangan yang dilakukan oleh umat Islam ini sudah menjadi tradisi setiap tahunnya. Setelah ramadhan kemarin sempat sepi dengan aksi PSBB. Rasa bosan di rumah sudah memuncak. Akhirnya, sebelum lebaran mereka meramaikan pusat-pusat perbelanjaan tersebut.
Viralnya video keramaian Mall Ciledug yang di ikut di share oleh akun instagram Don Juan (@mbelgedez) membuat ramai di jagat maya. Banyak hal yang kita lihat di sana. Bagaimana inkonsistensi pemerintah sangat berpengaruh terhadap kebiasaan masyarakat. Masyarakat akan mudah mengikuti jika pemerintah tidak mengubah-ubah aturannya dalam hitungan hari.
Sejak masuknya Covid-19 awal Maret lalu, banyak ahli kesehatan dan virologi menyarankan untuk segera mengunci jalur keluar-masuk daerah. Ini berguna untuk menghambat penyebaran virus tersebut. Tetap saja, sebagian pemangku kekuasaan tidak mengindahkan saran-saran ini hingga meningkatnya kasus tersebut.
Seperti yang dilansirkan situs kaltimtoday.co, KH. Din Syamsudin berpendapat bahwa penerapan PSBB ini dilakukan dengan cara tidak adil. Memang benar! Sebaiknya, pemerintah memperhatikan banyak hal terkait dengan pembatasan-pembatasan yang diberlakukan. Mall penuh sesak akan menimbulkan fase baru peningkatan terinfeksinya virus corona.
Lalu, bagaimana dengan masjid? Beberapa waktu yang lalu pernah tersebar bahwa adanya penularan di salah satu masjid di Indonesia. Hal ini membuat Majelis Ulama Indonesia mempertimbangkan untuk pelaksaan sholat di masjid. Hingga disahkan aturan untuk sholat Jum’at dirumah. Ini menuai polemik baru dari umat Islam. Banyak umat Islam yang masih sholat di masjid kala itu. Ini tidak salah, sebab disesuaikan dengan keyakinan masing-masing.
Kita bisa melihat Arab Saudi sudah mengesahkan aturan untuk lockdown selama perayaan Idul Fitri 1441 H (news.detik.com). Tujuan diberlakukannya lockdown ini agar umat Islam yang akan melaksanakan sholat Idul Fitri tidak berdesak-desakan ke Masjidil Haram. Tidak hanya itu, silaturrahim antar keluarga dan rumah pun dilarang. Aturan ini dikeluarkan oleh Raja Saudi sendiri. Penerapan aturan di Arab Saudi ini bisa dijadikan referensi bagi pemerintah untuk lebih memperketat aturan-aturan yang bisa menurunkan tingkat penularan Covid-19 ini.
Keluh kesah masyarakat menjadi dasar untuk pemerintah dalam membuat aturan. Kali ini, pemerintah mengabaikan hal tersebut. Di awal masyarakat sudah senang diberlakukan PSBB dengan segudang larangan. Walaupun ada segelintir dari mereka yang ketakutan kehabisan pasokan makanan pokok juga kehilangan pekerjaan. Namun, semakin hari peraturan semakin aneh sehingga menimbulkan perlawanan sendiri bagi masyarakat.
Menimbang kegiatan Idul Fitri 1441 H ini, bisa disarankan untuk pemerintah agar memberlakukan aturan yang konsisten dan komitmen. Sehingga, masyarakat lebih percaya dan melaksanakannya dengan baik dan benar. Bayangkan saja, jika hari ini pemerintah berbicara akan dilarang sholat Idul Fitri di masjid. Setelah beberapa hari kemudian, mencabut larangan itu. Akhirnya memperbolehkan. Ini menyebabkan adanya perang dingin antara masyarakat dan pemerintah.
Polemik Mall Ciledug ini juga harus dicarikan solusi yang lebih baik. Melakukan protokol kesehatan di saat seperti ini tidak akan mengurangi angka peningkatan tertularnya virus. Sebab, protokol kesehatan itu sendiri sudah terlihat tidak dilaksanakan pemerintah yang konon pembuat aturan sendiri dengan baik.
Pola-pola diskusi dengan pihak mall juga bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah setempat. Apakah mall ini perlu dibuka atau malah harus ditutup lagi untuk sementara waktu. Ini perlu ada kejelasan dari pihak mall dan pemerintah itu sendiri. Bila semua pusat perbelanjaan ditutup, masyarakat juga akan bingung akan belanja dimana. Ini bisa menjadi solusi untuk menekan berkumpulnya di pusat-pusat keramaian.
Penerapan diskusi untuk mencari solusi ini juga mencegah ketidakadilan yang dirasakan oleh umat Islam yang sudah rindu untuk sholat di masjid. Memang tidak masuk akal bila larangan sholat ke masjid terdekat dilarang. Selama bisa menjaga jarak dan menjalani protokol kesehatan yang dianjurkan tidak akan menjadi masalah. Sholat di masjid menjadi sah-sah saja dilakukan. Jadi, polemik Idul Fitri yang berkisar antara mall dan masjid ini bisa diselesaikan dengan beberapa cara. Salah satunya mengajak masyarakat setempat untuk berdiskusi dengan pemerintah. Pemerintah juga harus secara terbuka untuk menerima dan membuat aturan yang akan dijalankan oleh masyarakat itu sendiri. Sudah saatnya pemerintah menjalani amanah rakyat yang sempat menjadi buah permasalahan selama ini.