DaerahFEATUREDNewsTOP STORIES

Harga Terong Anjlok, Petani Terong di Kerinci Menjerit

Kerinci, MZK News – Para Petani Terong yang berada di Kerinci, Jambi saat ini menjerit lantaran harga terong anjlok sudah beberapa bulan tak kunjung naik.

Anjlok nya harga terong dipicu melimpahnya pasokan terong di Kerinci, sementara permintaan dari luar daerah berkurang saat ini. Harga terong di tingkat petani mencapai Rp1500 hingga Rp2500 perkilogram, sebelum nya Rp 6000 hingga Rp 7000 perkilogram nya, turun Rp 4500 hingga Rp 5500.

Tentunya hal ini tak sebanding biaya perawatan terong yang mahal harga pupuk obat-obatan semuanya mahal.

Saat diwawancarai, Rudi salah seorang petani terong menceritakan keluhannya terkait harga terong anjlok. Harga terong saat ini tak sanggup menutupi upah pekerja harian membersihkan gulma di lahan terong miliknya apalagi untuk biaya obat-obatan perawatan terong.

“Upah harian buruh tani di tempatnya Rp150.000 perhari, sementara harga terong saat ini Rp1500/kg, terpaksa kami membersihkan sendiri gulma-gulma di lahannya dengan luas setengah hektar ini,” ungkap Rudi, Selasa (12/11).

Anjloknya harga terong lantaran juga mempengaruhi pasokan terong melimpah, di saat memasuki musim panen saat ini sementara permintaan dari luar daerah berkurang.

“Banyak para petani beralih menanam terong ketimbang menanam cabai, karena biaya perawatan cabai lebih mahal ketimbang terong. Pasokan saat ini melimpah, sedangkan permintaan di luar daerah berkurang. Kami berharap harga terong kembali stabil setidaknya menutupi biaya perawatan dan pengolahan tanah lahan tanaman terong milik kami,” tutupnya.

Sementara itu, M. Nasir petani terong yang memiliki luas satu hektar menceritakan keluhannya. Dalam seminggu ia mampu menghasilkan panen terong 700 hingga 800 kilogram. Melihat kondisi harga terong saat ini tak sebanding biaya perawatan yang mahal, ia sangat pesimis modal bisa kembali.

“Saya ingin harga terong kembali stabil agar modal bisa kembali karena telah menghabiskan modal 10 juta hingga 15 juta untuk biaya perawatan dan upah pengolahan tanah satu hektar tanaman terong miliknya, karena kami para petani hanya ini yang bisa kami lakukan jika merugi ya itulah resiko kami, kami berharap kepada pemerintah agar memikirkan nasib kami para petani di Kerinci,” tutupnya.

Reporter: Dewi Wilonna

Editor: Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *