Moderasi Beragama, Perlukah?
Oleh: Iga Kurniawan, S.H., M.Ag.
Salah satu persoalan yang hari ini masih sering muncul adalah cara beragama yang belum moderat. Secara konseptual disebut dengan moderasi beragama.
Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan cara seseorang menjalankan agamanya, baik ke dalam maupun keluar. Pada intinya, bukan agama yang harus dimoderasi, sebab agama sendiri sudah final dan ajaran-ajarannya sudah sangat moderat apabila dipahami secara mendalam. Yang perlu dimoderasi adalah cara pandang dan pola pikir seseorang yang menjalankan agamanya.
Pola pikir beragama ini akan beragam jika sudah dipertemukan dengan budaya, latar belakang pendidikan, tradisi dan adat istiadat, suku, ras dan agama yang berbeda. Pola pikir beragama setiap individu akan berbeda dengan individu yang lain karena faktor-faktor tersebut sehingga akan memunculkan sikap yang berbeda pula. Hal ini tentu berpengaruh pada perilaku sosial yang muncul dalam sebuah komunitas.
Sebagai contoh, seorang pemeluk agama belum tentu menerima tradisi lokal yang sudah mengakar dalam suatu masyarakat, atau belum tentu menerima keberadaan kelompok lain karena dianggap tidak sepaham dengannya. Apabila sikap semacam itu hanya dipakai pada dirinya sendiri dan tidak ditunjukkan secara frontal untuk menyerang pihak lain boleh jadi tidak terjadi masalah. Akan tetapi berbeda apabila sikap tersebut ditunjukkan untuk menyerang pihak yang berseberangan maka akan terjadi konflik antar golongan. Dalam kasus tersebut moderasi beragama perlu ditekankan dan dipahami bersama agar konflik antar golongan tidak terjadi.
Konsep moderasi beragama ini bukan ditujukan untuk agama tertentu. Bukan juga untuk kelompok tertentu. Akan tetapi dalam rangka menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, semua kelompok memiliki kewajiban untuk bersikap dan memiliki pola pikir beragama yang moderat. Tujuannya sederhana, agar setiap bangsa Indonesia menghargai kelompok lain dan hidup berdampingan dalam harmoni.
Pada dasarnya setiap agama mengajarkan ketaatan pada Tuhan Yang Maha Esa. Ketaatan ini diwujudkan dengan mengikuti petunjuk-Nya melalui kitab suci yang diturunkan. Manusia merupakan hamba dari Tuhan, bukan hamba dari lainnya sehingga kepatuhan tertinggi adalah kepatuhan terhadap Tuhan. Inilah esensi dari nilai agama yang dianut oleh umat manusia.
Untuk menjalankan ajaran agama itu diperlukan sebuah wilayah yang damai, bebas dari perpecahan dan konflik antar golongan.
Sementara itu, salah satu tujuan Tuhan menciptakan umat manusia adalah untuk mengelola bumi agar bumi agar tercipta kemaslahatan besama, salah satunya adalah kemaslahatan menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing. Oleh sebab itu dibutuhkan komitmen Bersama dalam menjalankannya.
Konteks Indonesia
Dalam konteks Indonesia, Tuhan tampak sengaja menjadikan masyarakatnya berbeda dalam banyak hal. Mulai dari agama, suku, ras, budaya, adat istiadat, pola pikir dan lain sebagainya.
Dalam rangka menjalankan tugas dari Tuhan untuk mengelola bumi agar tercipta kemaslahatan besama, semua golongan yang berbeda itu harus memiliki komitmen yang sama, yakni bersama-sama menjaga Indonesia dari perpecahan dan konflik antar golongan. Singkatnya masing-masing dari mereka harus saling menghargai perbedaan tanpa menyinggung apalagi merendahkan golongan lainnya. Satu-satunya musuh mereka adalah upaya untuk memecah belah di antara mereka sendiri.
Pemikiran semacam itu harus disadari secara masif dan kolektif. Apabila hanya mempertajam perbedaan, maka yang terjadi justru perpecahan. Padahal banyak kesamaan yang dimiliki oleh golongan-golongan tersebut. Sama-sama pernah terjajah, sama-sama pernah berjuang merebut kemerdekaan, sama-sama hidup dan mencari makan dalam satu wilayah dan banyak kesamaan lainnya. Kesamaan-kesamaan itulah yang seharusnya selalu dimunculkan agar dapat merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Di sisi lain, sesungguhnya Tuhan mampu menjadikan umat manusia satu warna, satu agama, satu kepercayaan, satu tradisi, bahkan satu pola pikir. Tetepi nyatanya Tuhan menghendaki yang lain. Tuhan menciptakan umat manusia justru berbeda satu sama lainnya. Tujuannya satu, yakni saling mengenal dan saling menghargai.