ArtikelFEATUREDTOP STORIES

Menyongsong Tahun Politik

Foto: Ilustrasi Pemilihan Umum (Sumber Foto: perludem.org)

Oleh: Iga Kurniawan, S.H.,M.Ag.,

KPU menetapkan bahwa pemilu akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024. Dalam pesta demokrasi itu akan dipilih calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta dipilih pula Presiden dan Wakil Presiden.

Hal ini, sebagaimana pernyataan Ketua KPU, Hasyim Asy’ari, pemilu serentak ini dipastikan akan berjalan sesuai rencana (Aziz, 2023). Pernyataan ini sekaligus menepis anggapan bahwa pemilu akan diundur dari tanggal pelaksanaan semestinya.

Sebagaimana yang diketahui, Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden sudah dideklarasikan oleh partai pengusung masing-masing. Terdapat tiga pasangan capres-cawapres yang secara resmi mendaftar sebagai kontestan pemilu. Mereka dengan basis massa masing-masing, memiliki potensi yang sama untuk menang.

Apabila menengok kontestasi politik di tahun-tahun sebelumnya, ada satu hal yang cukup sensitif yang selalu dibawa, atau bahkan dijual untuk melabelisasi kelompok tertentu, yakni agama. Agama menjadi komoditas yang paling laku. Pemilu tahun 2014 misalnya, isu agama sudah menjadi pemantik yang sensitif.

Menjelang pemilu 2014, Suryadahrma Ali, Menteri Agama waktu itu “mewanti-wanti” bahwa isu agama akan dimainkan untuk mendukung kelompok satu dan mencela kelompok lain (RI, 2014). Pun di pemilu 2019. Dengan peserta pilpres yang sama, isu agama masih tetap dimainkan untuk membela salah satu pasangan dan menyudutkan pasangan lainnya.

Hati-hati Adu Domba

Isu agama yang dimainkan menjelang pemilu hingga saat ini masih menarik dan masih menjanjikan. Hal ini boleh jadi merupakan hasil dari sikap beragama masyarakat Indonesia yang memang sangat relijius.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2020 dengan judul laporan The Global God Divide menunjukkan bahwa 96% responden menganggap bahwa seseorang harus beriman kepada Tuhan untuk dapat bermoral. Sebanyak 98% responden juga menganggap agama penting bagi kehidupan mereka (Hakim, 2015).

Karena fakta tersebut, emosi masyarakat Indonesia menjadi mudah terpancing apabila dihadapkan dengan isu agama. Agama yang dianggap sakral dan suci, tidak boleh ditawar oleh apapun. Keburukan yang dibungkus dengan agama pun menjadi tampak suci. Padahal tujuan politik adalah mencapai kekuasaan, bukan mencapai surga, meski dibungkus dengan dalih agama.

Status agama yang seharusnya cukup menjadi landasan moral dan spiritual setiap individu, akhirnya dipaksa untuk “dilembagakan”. Agama tertentu harus menjadi label sosial yang menerapkan aturan-aturan berdasarkan agama itu sendiri. Di sinilah potensi adu domba mulai tampak. Masing-masing pemeluk agama yang fanatik akan melakukan aksi-aksi represif untuk menekan kelompok agama lain dengan dalih “jihad” dan “perjuangan”.

Menanggapi hal itu, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menghimbau bahwa memilih pemimpin bukan dari identitas agama tertentu, yang berpihak pada agama tertentu, akan tetapi yang mampu merangkul dan menjadi rahmat bagi semua golongan. Bukan pula yang menggunakan agama untuk memenangkan kepentingannya (Indah, 2023).

Gus Men, sapaan akrab Menteri Agama, juga menyampaikan bahwa memilih pemimpin harus tahu rekam jejaknya. Apabila pernah memilih rekam jejak memecah belah bangsa, menurut Menteri Agama, tidak usah dipilih.

Di sini tampak jelas bahwa kepentingan tertinggi bangsa Indonesia adalah kerukunan dan persatuan semua golongan. Sebab Indonesia merupakan rumah bersama yang diisi multi agama, multi etnis, multi bahasa dan lain sebagainya. Masing-masing mereka bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan Negara.

Bibliography
Aziz, N. (2023). Ketua KPU Tegaskan Pemilu Digelar 14 Februari 2024. Sumedang: detikjabar.

Hakim, M. L. (2015). Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: Media Nusa Creative.

Indah. (2023). Menag: Jangan Pilih Pemimpin yang Gunakan Agama sebagai Alat Politik. Jakarta: Kementrian Agama RI.

RI, K. (2014). Menag: Jelang Pemilu, Isu Agama Rawan Disalahgunakan. Jakarta: Kemenag RI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *