DaerahFEATUREDNewsTOP STORIES

Keberadaan PT Semen Padang Tak Lagi Dirasakan Warga Kota, Boby Rustam Angkat Suara

Foto: Boby Rustam, Ketua Komisi III DPRD Kota Padang dari Fraksi Gerindra (Foto: IST)

Padang, MZK News – Pada tahun 1995, pemerintah mengalihkan kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang ke Semen Gresik Group bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V.

Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan Thang Long Cement bergabung di bawah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang sahamnya dimiliki mayoritas oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Namun ironisnya, keberadaan pabrik semen tertua di Indonesia yang menjadi kebanggaan urang awak tersebut tak lagi dirasakan warga kota Padang khususnya, Sumatra Barat pada umumnya.

Hal itu menjadi perhatian Boby Rustam, Ketua Komisi III DPRD Kota Padang. Anggota dewan dari Fraksi Gerindra mengenang masa keemasan PT Semen Padang yang keberadaannya dirasakan warga kota.

“Dulu ada yang namanya jasprod (Jasa Produksi, red) bagi karyawan PT Semen Padang. Kalau mereka sudah menerima itu, mereka berbelanja di pasar-pasar tradisional, membeli ikan di Gaung, membeli ayam dan kebutuhan lainnya di Pasar Bandar Buat. Mereka memasak dan mengundang keluarga besar mereka makan bersama,” ungkap Boby Rustam yang mengaku punya teman dan kerabat yang merupakan karyawan dan pensiunan PT Semen Padang.

Dulu, kenang Boby, karyawan PT Semen Padang banyak yang sarapan dan makan siang di warung nasi yang ada di Lubuk Kilangan. Namun sekarang, tidak ada lagi, entah karena fasilitas tak ada lagi atau kebijakan manajemen, ya, kita tak melihat dan merasakan itu lagi,” ujar Boby.

Tak hanya itu, Boby Rustam menceritakan keluhan buruh bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur. Dengan peralatan modern, buruh-buruh di Pelabuhan Teluk Bayur tak lagi terpakai, mereka hanya menjadi penonton.

“Dengan modernisasi peralatan, ekspor PT Semen Padang berupa semen dan klinker ke berbagai negara, seperti Maldives, Sri Lanka, Bangladesh, dan negara lainnya langsung ke kapal, tak lagi pakai tenaga buruh,” katanya.

Akibatnya, jelas Boby Rustam, di satu sisi yang diuntungkan adalah pengusaha atau bayer atau pembeli karena prosesnya lebih efesien. Di sisi lain, buruh bongkar muat di pelabuhan Teluk Bayur tak lagi terpakai.

“Sebab, para pengusaha atau pembeli itu tidak lagi mengeluarkan upah untuk buruh. Jadi, di mana keberpihakan kepada buruh, dimana letak kearifan lokal itu. Tidak ada lagi,” kata anggota dewan dari daerah pemilihan Padang Selatan dan Padang Timur ini.

Padahal, kata Boby Rustam, dengan adanya perubahan manajemen perusahaan dari PT Semen Padang bergabung ke Semen Indonesia, warga kota berharap ada geliat ekonomi yang mereka rasakan langsung.

Dikatakan Boby Rustam, kondisi PT Semen Padang memprihatinkan, karena saat ini hanya menjual semen dan klinker, tanpa ada brand PT Semen Padang itu sendiri.

“Jadi tidak ada kebanggan kita lagi sebagai orang Sumatra Barat mempunyai pabrik semen tertua. Padahal, 80 persen bahan bakunya berasal dari tanah ulayat kita di Sumbar ini,” cakapnya.

“Memang Pemko Padang dapat PBB, pajak galian C, tapi kita tidak dapat pajak produksi,” tutupnya.

Suara Lantang Tokoh Masyarakat Lubuk Kilangan

Sebelumnya, tokoh masyarakat Lubuk Kilangan Verry Mulyadi miris dengan keadaan PT Semen Padang sekarang ini. Pasalnya pabrik Indarung 2, pabrik Indarung 3 dan Pabrik Indarung 4 non aktif.

Hal ini akan memunculkan dampak negatif kedepannya kepada masyarakat Sumatera Barat, Kota Padang, serta khususnya kepada karyawan.

Verry Mulyadi sudah lama memprediksi keadaan seperti ini bakal terjadi. Tutupnya tiga pabrik yang biasanya menghasilkan produksi semen dan klinker dari perusahaan semen tertua di Asia Tenggara itu sebut Verry, diduga karena manajemen Semen Indonesia salah dalam menerapkan strategi pemasaran.

“Tidak aktifnya tiga pabrik PT Semen Padang, karena penjualan merosot. Bisa jadi benar yang dikatakan Ketua DPD Gerindra Sumbar Andre Rosiade saat RDP Komisi VI DPR RI dengan Jajaran Semen Indonesia Group, karena strategi manajemen Semen Indonesia kurang bagus. Ditambah juga karena faktor over supply semen di Indonesia,” kata Verry kepada dalam rilis yang diterima media Rabu (30/11/2022).

Pria yang juga Ketua DPC Gerindra Kota Padang ini juga tak habis pikir upaya manajemen Semen Indonesia mengkerdilkan Semen Padang. Dimulai dari departemen pemasaran di PT Semen Padang hilang dan seluruh peran pemasaran semen diambil alih PT Semen Indonesia sejak beberapa tahun belakangan.

Padahal dalam berbisnis, selain mutu dan kualitas yang terus dijaga, pemasaran sangat penting perannya dalam menambah pendapatan perusahaan.

“Sejak posisi direktur pemasaran dan turunannya departemen pemasaran hilang, PT Semen Padang seperti semacam unit produksi saja. Hanya menghasilkan semen dari pabrik, sementara untuk memasarkan usaha, langsung dari Semen Indonesia. Mana bisa efektif memakai strategi seperti itu. Nyatanya kita lihat sekarang, penjualan Semen Padang turun. Buktinya 3 pabrik non aktif,” tuturnya.

Tak hanya itu, Semen Padang sebut Verry juga diduga ikut pula memproduksi semen Dynamix di pabrik Indarung. Semen Dynamix ini produknya Semen Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang juga grup Semen Indonesia. Malahan Semen Dynamix ini juga bersaing merebut pangsa pasar dengan Semen Padang di Riau daratan dan Kepulauan Riau.

“Ini namanya praktek semen tukar baju. Isi dalamnya Semen Padang, tapi mereknya Dynamix. Saya lihat sendiri video nya , semen Dynamix diproduksi dari Semen Indarung,” kata pria yang juga menjabat Ketua Pemuda Pancasila Sumbar itu.

Dugaan praktik mengkerdilkan Semen Padang lainnya yang dilakukan manajemen Semen Indonesia adalah, memproduksi semen klinker dari pabrik Indarung untuk di ekspor keluar negeri dan dikirim ke pabrik holding Semen Indonesia.

Bahkan material pembuatan semen seperti batu kapur, tanah clay dan lainnya yang berasal dari perut bumi Lubuk Kilangan juga kuat dugaan dikuras untuk kepentingan seluruh pabrik yang berada di bawah Semen Indonesia. Pengiriman klinker maupun raw material semen ini dikirim melalui kapal Teluk Bayur.

Dengan keadaan PT Semen Padang saat ini kata Verry, tentu berimbas pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Kota Padang dan Pemprov Sumbar. Masyarakat mungkin tak mengetahui apakah pajak bahan galian C maupun pajak lainnya untuk kas daerah, hanya untuk produksi Semen Padang saja atau sudah mencakup secara keseluruhan untuk Semen Indonesia Group. Kalaulah hanya tercatat untuk Semen Padang saja pembayaran pajaknya, rugi besar lah masyarakat Lubuk Kilangan maupun Pemko Padang dan Pemprov Sumbar.

Apalagi sekarang ini transparansi kinerja perusahaan sangat kurang, karena masyarakat tidak bisa lagi bisa mengetahui berapa profit yang dihasilkan PT Semen Padang setiap tahunnya dan berapa hasil produksi semen setiap tahun, karena dibatasi oleh Manajemen Semen Indonesia.

Biasanya di tahun 2017 kebawah, transparansi pengelolaan perusahaan dengan mudah diketahui publik. Karena publik mengetahui laporan kinerja perusahaan dari media massa.

“Saya sudah lama memprediksi kinerja produksi menurun dan penjualan semen juga mengalami kemerosotan. Wajar saja, karena Semen Padang seperti dikerdilkan. Apalagi Apa yang saya prediksi sejak beberapa tahun lalu, akhirnya sekarang menjadi kenyataan,” sebut pria yang juga Ketua IOF Sumbar ini.

Reporter: Novrianto

Editor: Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *