KSP DKI Tuntut Anies Baswedan Perhatikan Nasib Mereka
JAKARTA, MZK News – Ratusan Anggota Komunitas Pekerja Seni (KSP) Jakarta mendatangi Balai Kota DKI Jakarta, Senin (13/07) untuk mengungkapkan aspriasi mereka agar Gubenur Anies Baswedan dapat memperhatikan nasib mereka.
Komunitas Pekerja Seni (KSP) Jakarta ini menuntut kepastian Gubenur DKI Jakarta agar mereka bisa kembali produktif dan mendapatkan bantuan sosial di tengah Pandemi Covid-19.
Mereka Juga mengharapkan petunjuknya dengan apa solusi ke depannya seperti apa.
“Anak-anak kita sudah sekolah walaupun tidak berangkat tapi biaya pulsa tinggi,” kata anggota Komunitas Musisi Organ Tunggal Bambang di lokasi.
“Lagian pekerjaan kita tidak melihat hari, cuma 2 hari. Kalau nggak Sabtu ya Minggu,” ungkap salah seorang orator aksi.
Aksi ini dilakukan sambil memperhatikan protokoler kesehatan pencegahan penularan Covid – 19, para peserta aksi tampak tertib mengenakan masker sebagai pelindung diri. Sayangnya, protokoler jaga jarak tidak terlalu diperhatikan baik petugas maupun para peserta aksi.
Sementara itu salah seorang peserta aksi, Anis mengaku sudah 4 bulan lamanya grup musik dangdut yang digawanginya Himalaya Sound tak manggung sama sekali. Secara otomatis kondisi ini mempengaruhi kondisi ekonomi keluarganya.
“Sehari-hari kita jual apa yang ada. Uang yang selama ini kita tabung untuk kebutuhan yang akan datang. Jadi ini yang kita pakai sehari-hari,” tuturnya saat ditemui Awak Media dalam Aksinya.
Menurutnya masih ada ribuan musisi dangdut hajatan lainnya yang nasibnya sama sepertinya, tidak punya penghasilan karena izin untuk mereka manggung belum diperbolehkan oleh Pemprov DKI Jakarta.
“Dari komunitas musisi jakarta khususnya musisi dangdut. Musisi orgen tinggal Dangdut kampung lah. Kita gak muluk-muluk ya, agar diberi izin untuk beraktivitas, manggung kembali, untuk mencari nafkah lagi,” ujarnya.
“Walupun itu dengan sesuai protokol kesehatan. Kita akan ikuti aturan itu. Yang terpenting kita beraktivitas. Tidak seperti sekarang yang cuma istilahnya dirumah. Gak boleh berkreasi. Kita kan butuh dana untuk kehidupan keluarga sehari-hari,” tutupnya.
Reporter: Erfan Nurali
Editor: Martha