Kisah IslamiReligi

Seri 1 ‘Aisyah r.a: Nama, Panggilan, dan Nasabnya

Oleh: Sayyid Sulaiman An-Nadwi
Editor Redaksi: Martha

Nama yang dikenal adalah ‘Aisyah, gelarnya Ash-Shiddiqiyah, dan biasa dipanggil Ummul Mukminin, dijuluki juga Ummu Abdillah, dan kadang sering digelari dengan, “Al-Khumaira” yang artinya putih dan cantik. Nabi sering memanggilnya dengan “Putri Ash-Shiddiq”.

Sebagaimana yang kita ketahui, orang Arab menganggap julukan adalah lambang kebesaran dan kebanggan. ‘Aisyah r.a tidak menyandang julukan sama sekali. Sebab, dia tidak memiliki anak. Oleh karena itu, dia tidak memiliki julukan. Rasa sedih atas hal tersebut benar-benar terlihat saat dia berkata kepada Nabi dengan penuh kesedihan dan kelesuan,” Wahai Rasulullah! Sahabat-sahabatku memiliki nama julukan (sedangkan aku tidak memilikinya, pent). Maka, Rasulullah SAW. berkata,”Pakailah nama anakmu; Abdullah.” maksud Rasulullah adalah keponakannya.

Ayahnya bernama Abdullah, panggilannya Abu Bakar, dan terkenal dengan gelar Ash-Shiddiq, sedangkan ibunya bernama Ummu Ruman. ‘Aisyah adalah wanita Quraisy, ayahnya berasal dari Suku Taima, sedangkan ibunya berasal dari Suku Kinanah.

Nasab jalur ayah adalah ‘Aisyah binti Abi Bakar Ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Utsman bin ‘Amir bin Umar bin Ka’b bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Fihr bin Malik.

Nasab jalur ibu, ‘Aisyah binti Ummu Ummu Ruman binti ‘Amir bin ‘Uwaimir bin ‘Abd Sayms bin ‘Itab bin ‘Udzainah bin Subai’ bin Wahban bin Harits bin Ghunm bin Malik bin Kinanah.

Nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah SAW. pada kakek ketujuh, sedangkan dari jalur ibu bertemu dengan nasab Rasulullah SAW. pada kakek kesebelas atau kedua belas.

Ayahnya meninggal pada tahun 13 H. Para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai tahun wafatnya Ummu Ruman, ada yang mengatakan dia wafat pada tahun ke-5 atau ke-6 hijriyah saat Nabi SAW. masih hidup.

Namun, hal tersebut tidak benar, banyak riwayat shahih yang menyebutkan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Ummu Ruman masih hidup, sebab namanya sempat disebutkan dalam hadits-hadits tentang kisah dusta. Selain itu, berdasarkan riwayat yang shahih menyebutkan bahwa dia masih hidup dan memperoleh santunan pada tahun 9 H, pada tahun terjadinya takhyir.

Imam Al-Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya, sebuah riwayat dari Masruq dari Ummu Ruman dengan sanad yang bersambung, sebagaimana juga disebutkan di dalam,”At-Tariq Ash-Shagir” pada pembahasan tentang orang-orang yang wafat pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pendapat tersebut merupakan sanggahan bagi pendapat pertama. Pendapat tersebut didukung oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, beliau membuktikannya dengan berbagai bukti yang sangat memuaskan dan kajian yang luar biasa disertai dengan tasqiqnya dalam kitab beliau yang berjudul,”Tahdzib at-Tahdzib”, beliau menyatakan bahwa yang benar adalah pendapat Al-Bukhari.

Sumber: Buku Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiallahu Anha “Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman” oleh Sayyid Sulaiman An-Nadwi, Penerbit Insan Kamil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *