Perlunya Kelas Parenting di Masa Pandemi
Penulis: Fitria Sartika, S. Pd (Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
Editor: Martha
Pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi utama bagi anak untuk menempuh perjalanan kehidupan di dunia, akhlak dan kepribadian seorang anak terbentuk dari pendidikan dalam keluarganya.
Dalam perkembangan zaman yang semakin maju ini, pergeseran nilai-nilai itu tak terelakkan lagi. Orang tua sibuk bekerja di luar siang hingga malam hari, sementara pendidikan anak diserahkan penuh kepada lembaga formal yaitu sekolah atau madrasahnya. Tapi, ada yang berbeda dengan kondisi di tengah pandemi yang melanda bumi ini. Hampir semua pekerjaan orang tua di rumahkan atau work from home. Sementara pendidikan anak harus tetap berlangsung dari rumah, dan di dampingi oleh orang tua.
Segala aturan dalam masa pandemi dan wewenang yang diamanahkan guru kepada orang tua, membuat kebersamaan orang tua dengan anak menjadi sangat intens. Sehingga berbagai problematika pendidikan anak di rumah menguap ke permukaan.
Tugas anak yang harus disetor secara online melalui android, membuat sebagian orang tua kewalahan, karena harus menambah android baru agar anak nyaman dan lancar belajar dari rumah. Sebagian malah harus membeli android baru, agar anaknya tidak ketinggalan dalam belajar.
Tugas yang diberikan guru berbeda-beda, sesuai kebijakan lembaga dan guru mata pelajaran masing-masing, ada yang harus belajar sesuai jadwal di sekolah. Sebagian lagi menyesuaikan dengan waktu luang orang tua, yang penting pada hari itu tugas anak selesai, dan dikirimkan buktinya kepada guru yang bersangkutan melalui whatsApp orang tua.
Rutinitas orang tua yang padat dengan pekerjaan kantor yang harus selesai, pekerjaan rumah yang harus tuntas, dan belajar anak yang harus berjalan sesuai aturan dengan tepat, membuat sebagian orang tua mengeluh dan kewalahan dalam mendidik anak di rumah.
Hal lain yang membuat orang tua bingung dengan seabrek tugas anak ialah materi pembelajaran anak yang tingkat kesulitannya saat ini semakin tinggi, sehingga banyak orang tua yang tidak paham akan materi itu. Lalu, bagaimana mereka harus mengajarkan kepada anaknya? Sementara mereka tidak memahaminya.
Sebagian anak juga cenderung manja bila bersama dengan orang tua, hal ini membuat waktu belajar tidak lagi maksimal, anak malas belajar jika bersama orang tua saja. Bagi mereka orang tua hanyalah tempat mengadu dan bermanja di rumah, bukan mengajar seperti guru di sekolah. Masih banyak lagi keluhan lain yang terungkap melalui riset yang penulis lakukan pekan lalu terhadap orang tua santri yang tergabung dalam grup wali santri TPQ, dimana penulis mengajar mengaji.
Melihat kenyataan di lapangan saat ini, penulis mengharapkan kerjasama pihak sekolah dengan orang tua semakin ditingkatkan. Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh sekolah atau madrasah ialah membuat kelas parenting untuk orang tua, sehingga ada wadah yang tepat bagi orang tua untuk mengungkapkan keluhan dan masalah yang dihadapi anak-anak mereka dalam melaksanakan pembelajaran dari rumah saat ini. Kelas parenting itu hendaklah dibimbing langsung oleh guru Bimbingan Konseling (BK), dan juga guru mata pelajaran serta kepala sekolah. Sehingga solusi yang tepat bisa didapatkan dari rembukan antara guru BK, kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Hal ini akan menjadi sangat solutif bila diterapkan untuk saat ini, mengingat sudah lebih dari dua bulan anak belajar hanya dengan orang tua. Sementara dengan guru hanya berjumpa dalam jaringan saja. Sehingga rasa rindu belajar dengan guru serta rasa bosan di rumah sepanjang waktu melebur menjadi satu dalam jiwa sang anak. Semoga dengan adanya penghubung yang tepat melalui kelas parenting online ini, pendidikan anak bisa dikendalikan dengan baik oleh orang tua sementara waktu, hingga keadaan benar-benar kondusif.