CerpenSastra Kita

Karpet Masjid yang Basah

Siapa yang tidak kenal dengan Parjo di kampung itu. Ia anak yatim piatu yang ditinggal ayahnya pulang ke pangkuan Tuhan. Sang ibu, meninggal saat melahirkannya ke dunia. Anak sebatang kara itu diasuh oleh Ustadz Fikri, seorang duda tanpa keturunan sepeninggal istrinya yang meninggal karena kecelakaan.

Semenjak saat itu, ia dikenal sebagai anak yang selalu pergi ke masjid untuk mengaji setiap hari. Sang guru – Ustadz Fikri – sudah ia anggap sebagai orang tua kandungnya sendiri.

Satu hal yang Parjo nantikan. Mencari malam lailatul qadr yang sering diceritakan oleh ayah angkatnya itu. Ia selalu menantikan kehadiran bulan Ramadhan agar bisa berburu malam seribu bulan itu.

“Nanti di bulan Ramadhan kita i’tikaf di masjid ya, berburu malam lailatul qadr,” janjinya suatu waktu.

Namun, sebelum bulan Ramadhan tiba di kampungnya, Ustadz Fikri mendapat panggilan untuk menjadi relawan di pulau seberang yang sedang terkena musibah. Atas dasar kemanusiaan dan kewajiban untuk saling tolong-menolong, dengan berat hati ia harus meninggalkan kampung dan menitipkan Parjo kepada warga kampung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *