Diduga Ancam Wanita Disabilitas, Oknum Pemdes Woro Membantah
Foto: Wanita Penyandang Disabilitas Asal Desa Woro Kabupaten Bima Inisial SS (Foto: IST)
Bima, MZK News – Oknum Pemerintah Desa (Pemdes) Woro, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) berinisial AD diduga mengancam seorang wanita penyandang disabilitas inisial SS (37) RT. 16/RW. 03 di Kediaman Rumah Kepala Desa Woro Abdul Farid, sekitar dua hari menjelang tahun baru sekitar pukul 15.30 WITA sore.
SS mengatakan, terduga pelaku mengancam ingin menginjak perut korban lantaran korban tidak mau merujuk kembali dengan suami yang sudah tidak tinggal bersama sekitar 20 tahun lamanya.
Tindakan terduga pelaku di hadapan Kades Woro dan Anggota Polsek Madapangga membuat dirinya hidup dibawa tekanan dan intimidasi.
“Saya mau diinjak kalau tidak mematuhi perintah terduga pelaku, namun, saya memilih untuk diam. Saat saya diam, Kades Woro turut memberi waktu saya untuk berpikir selama lima hari, saya pun tidak menjawab sekata pun dan saya pamit pulang ke rumah bersama ibu saya,” kata SS dalam wawancaranya di sebuah kediaman warga, Rabu (3/1/2024) sore.
Dia menyebut, tindakan agresif terduga pelaku tidak hanya berhenti di situ. Selang lima hari tersebut, terduga menyuruhnya untuk mendatangi rumahnya dan dia langsung bergegas. Sesampai di rumahnya, terduga kembali ngotot dengan tujuan serupa sembari mengancam dirinya bahwa jika dia tetap tidak mau rujuk, maka akan dijemput oleh polisi hingga dipidana 15 tahun penjara.
“Karena saya kerap kali diancam dengan polisi dan penjara oleh terduga pelaku AD tersebut, sehingga saya dengan berat hati mematuhinya, namun, saya meminta waktu bahwa untuk pelaksanaan rujuk dilaksanakan setelah tahun baru, tapi terduga tidak menerimanya. Lucunya lagi, rujukan akan digelar di rumah terduga dan yang menjadi wali adalah terduga. Seusai mendengar itu semua, saya bersikeras menolak dan pamit pulang,” sebutnya.
Dia menambahkan, akibat sering diancam dan intimidasi oleh terduga, dirinya memilih untuk menghindar dan menyembunyikan diri, namun, terduga terus mencari keberadaannya sembari menakut-nakutinya dengan polisi.
Tindakan konyol terduga, kata dia, tidak hanya tertuju ke dirinya saja, tetapi juga ke beberapa temannya yang dianggap telah menyembunyikan dirinya.
“Saya diburu sampai jam 03 malam layaknya polisi memburu teroris. Begitu agresifnya terduga, saya diburu tidak hanya dilakukan oleh terduga AD sendiri, tapi juga oleh bodyguardnya berinisial SD dengan menggenggam sebilah parang,” pungkasnya.
Sementara itu, terduga pelaku AD membantah dirinya mengancam korban SS tersebut.
“Itu tidak benar. Saya tidak pernah mengancam S,” kata AD kepada wartawan, Kamis (4/1).
Dia mengatakan, S bersama ibunya datang ke rumah agar dinikahkan kembali dengan suami sahnya. Karena S sudah punya dua orang anak dengan laki-laki lain sehingga S beserta ibunya menginginkan menikah pada 2 Januari 2024. Termasuk tempat pernikahan ditentukan S yakni di kediaman AD.
“Saya bukan memaksa, saat itu saya sampaikan agar si S itu selesaikan dulu Pak Wildan yang bicara baru S yang bicara dan bukan paksa anak itu menikah lagi. Saya juga tau kapasitas saya di sini sebagai apa dan sebenarnya,” ujarnya.
“Silakan S ke ranah hukum untuk buktikan ucapannya siapa yang harus dipercaya saat ini. Saya tidak mau ambil pusing dengan urusan anak itu. Mau nikah atau mau lari maraton,” ujarnya.
“Silakan, tapi jangan adu domba kiri kanan dan silakan dimuat ucapan saya ini. Kalau saya ketemu si pincang ini, maka saya akan seret,” tambahnya.
Dia berharap, semua proses hukum berjalan sebagaimana mestinya. Baik pada S maupun pada oknum yang menyerang/menghina dan mengancam saya kemarin,” pungkasnya.
Reporter: Muhtar Habe
Editor: Khoirul Anam