DaerahFEATUREDNewsTOP STORIES

Diduga Divaksin Booster, Satu Warga Morotai Tergeletak di RSUD Morotai

Foto: Salah satu warga Morotai yang terbaring di RSUD Morotai (Foto: IST)

Morotai, MZK News – Dahrul Salim (25) warga Desa Nakamura, Kecamatan Morotai Selatan (Morsel) terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ir. Soekarno Pulau Morotai usai di vaksin-19 dosis Boster oleh sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) di Morotai.

Kronologisnya, Dahrul (25) yang berprofesi sebagai keamanan (Linmas,red) di Desa Nakamura itu hendak mengikuti upacara 17 bulan berjalan di Ibu Kota Daruba, hanya saja, dalam perjalannya Dahrul sudah dicekal oleh tim vaksinasi tepatnya di depan SPBU Kilo 3 Desa Daruba. Setelah dicekal dan ditanyakan apakah dirinya sudah divaksin, Dahrul pun mengaku bahwa dirinya sudah divaksin 3, hanya saja, pengakuan Dahrul itu tidak dipercayai oleh tim vaksinasi lantaran tidak dibuktikan dengan surat vaksin dosis 3, sehingga Dahrul pun kembali divaksin dosis 3. Padahal, dari data yang dikantongi media ini, Dahrul (25) itu memang benar sudah di vaksin dosis 3 pada tanggal 7 April 2022.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Desa Nakamura, bahwa dari hasil interogasinya kepada Korban (Dahrul, red) dirinya mengaku dipaksa untuk kembali divaksin, padahal korban sudah mengatakan jika dirinya sudah divaksin dosis 3.

“Sebelum kejadian, kami mengikuti upacara 17 bulan berjalan, saya memerintahkan menjemput sisa Aparatur Desa ketika balik, dia dicegat di Kilo Tiga dan mereka menanyakan, tapi si korban mengatakan saya sudah vaksin ketiga, tetapi petugas tidak percaya dan memaksakan serta mengatakan kamu belum divaksin, kalau kamu sudah vaksin ketiga mana surat vaksin dan dia (korban, red) mengatakan belum diberikan karena baru bulan kemarin divaksin,” ceritanya.

Lantaran menunggu terlalu lama, Dirinya (Kades, red) pun memerintahkan perangkat desanya untuk melihat Dahrul ke lokasi dimana dirinya dicekal oleh Tim Vaksinasi.

“Saya sebagai Kades perintahkan bendahara untuk pergi cek di sana dan sampai di sana saya langsung marah-marah ke Tim Medis bahwa orang ini sudah divaksin ketiga, kenapa harus divaksin lagi, tetapi kami lagi-lagi mengalah dan saya mengatakan mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Nah saya bertanya lagi ke Ibu Bidan kalau seandainya terjadi sesuatu siapa yang bertanggungjawab? Lalu mereka menjawab ya bawah aja ke dokter rumah sakit,” jelasnya.

“Pada pukul 12:30 WIT saya bergegas dengan mobil takutnya dia pingsan di jalan karena saya melihat mukanya sudah merah dan terlihat lemas untuk bisa cepat sampai di rumah untuk minum air kelapa muda tetapi tidak sempat dan sampai di rumah korban langsung jatuh. Satu jam setengah kemudian orang tuanya telepon saya, Pak Kades jangan bagitu kah anak saya belum jadi bagini kok sudah seperti ini bagaimana, saya langsung bergegas bawah ke rumah sakit,” tambah jelasnya.

Sementara dr. Scriven Warouw, ketika dikonfirmasi di RSUD Ir. Soekarno Morotai mengaku bahwa pasien (Dahrul, red) saat ditanganinya korban sudah tidak respon.

“Jadi, pas masuk, pasien nda respon, jadikan tong lihat dari keadaan umum pasien itu Nda respon. Mata Masi membuka, tapi pas kita rangsang dengan nyeri tangan sama bicara nda keluar, jadi bisa dikatakan penurunan kesadaran, nah pada saat kita periksa tanda-tanda vital ternyata tensi naik 150/100, jadi tensinya naik tinggi, nah kemungkinan penurunan kesadaran itu karena Torang bolong bilang dank ada masalah di kepala bole cedera karena tekanan darah yang tinggi,” akunya.

Ditanya apakah hal tersebut disebabkan karena disuntik vaksinasi, dirinya mengaku bahwa dirinya belum bisa memastikannya karena dirinya tidak berada di lapangan.

“Yang namanya kalau Torang mo bilang apakah karena vaksin atau nda cuma kita kan kejadiannya nda di tempat, cuma biasanya kalau pasien sudah dipulangkan ke rumah itu kan berarti observasi sekitar 15-30 menit di sana ya sesuai SOP, nah yang Torang paling takutkan itu kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) kalau seandainya reaksi alergi atau anak pilakti itu bole mengancam nyawa bole tiba-tiba, nah setalah dievaluasi 30 menit katanya menurut keluarga tadi tidak ada keluhan apa-apa, cuma pas di jalan pulang dia itu mengeluh sakit kepala pusing, tiba-tiba sudah Nda respon bicara, nah kemungkinan itu bisa masuk Kejadian ikutan pasca Imunisasi (KIPI),” katanya.

“Sebenarnya KIPI itu ada banyak, salah satunya itu tadi reaksi alergi, tapi bukan pas tadi Torang sampe sini kitorang lihat tensinya naik tekanan darah tinggi hipertensi, ketika Torang kasi obat hipertensi langsung respon, pasien langsung sadar,” tambahnya.

Reporter: Roger Moore (oje)

Editor: Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *