DaerahFEATUREDNewsTOP STORIES

FLP Sumbar Gelar Bincang Proses Kreatif dan Karya

Foto: FLP Sumbar saat menggelar Bincang Proses Kreatif dan Karya (Foto: IST)

Sumatra Barat, MZK News – Forum Lingkar Pena Sumatra Barat (FLP Sumbar) mengadakan acara santai bertajuk ‘Bincang Proses Kreatif & Karya’. Bincang santai ini dilangsungkan secara Live di  akun Instagram FLP Sumbar pada Sabtu malam (2/12/23).

Acara tersebut dipandu oleh Dara Puspa Mulyana yang juga merupakan Koordinator Divisi Karya FLP Sumbar. Serta mendatangkan dua orang pembicara, yaitu Ulul Ilmi Arham dan Afrizal Jasmann.

Afrizal merupakan seorang penulis, komikus dan ilustrator. Dalam kesempatan tersebut ia menuturkan bahwa dalam membuat naskah novel, seorang novelis harus membuat outline atau kerangka serta menetapkan tokoh terlebih dahulu.

Lelaki yang telah menerbitkan novel berjudul ‘Terima Aku Apa Adanya’ ini juga mengaku lebih tertarik untuk mengembangkan sudut pandang yang berbeda dan tidak disentuh orang lain.

“Misalnya dalam kisah Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai. Saya justru tertarik untuk mengembangkan karakter tentang Datuak Maringgih,” paparnya.

Selain itu, baginya perlu bagi penulis untuk menikmati proses menulis.

“Jangan buru-buru ingin tamat. Sama seperti masak, jika kita buru-buru, makanan tidak enak. Bahan habis, waktu habis, tapi rasanya tidak enak,” ujarnya.

Menurut Afrizal, sebagai penulis kendala yang dihadapinya ialah kesibukan sehari-hari. Seringkali ide tulisan muncul tiba-tiba saat ia sedang melakukan pekerjaan.

“Ide ini mahal. Jika tidak segera dicatat, dalam beberapa detik saja ia sudah berbeda. Mungkin jadi berubah atau jadi lupa sama sekali,” pungkasnya.

Menanggulangi hal itu, diperlukan buku kecil yang disiapkan untuk bisa segera mencatat ide yang terlintas di benaknya.

Sementara narasumber lainnya, Ulul yang merupakan seorang penulis novel mengatakan bahwa selain fase riset, kebosanan juga menjadi kendalanya.

“Membuat outline bagi aku fase yang paling membosankan dan melelahkan. Tapi harus dikerjakan, jika tidak maka cerita kita tidak selesai,” paparnya.

“Jika sedang bosan, nulis yang lain dulu. Misalnya nulis cerpen dulu, atau nulis puisi dulu. Nanti setelah refreshing, bisa kembali lagi ke outline kita itu,” ujarnya.

Bagi Ulul, bergabung di FLP Sumbar juga banyak berpengaruh dalam proses kreatifnya. Ia menyampaikan tentang novel terakhir yang ditulisnya, berjudul Memori 2019.

“Novel itu aku tulis sepenuh hati ketika ikut kelas inkubasi novel FLP Sumbar. Saat itu aku pertama kali tahu premis tulisan. Aku tahu bagaimana karakter dan pengembangannya. Juga pentingnya konflik dalam cerita,” jelas Ulul panjang lebar.

Diakui Ulul, ia baru mengetahui ternyata literasi sangat luas, tak terbatas pada menulis saja. Ia pernah mendapatkan materi tentang menulis blog, mendongeng, bahkan tentang podcast. Sehingga menurutnya jika tidak menjadi penulis, menjadi podcaster, komikus, pendongeng pun juga bisa dilakukan di dunia literasi.

“Aku juga baru tahu ada Ubud Writer Festival karena Uda Ade dan Uda Agus (senior FLP-red). Aku selama ini tahu penulis itu tulisannya hanya di buku dan koran aja. Ternyata ada lho festival penulis,” tutup Ulul.

Bincang karya tersebut berjalan dengan lancar dan ditutup sekitar pukul 22 malam.

Reporter: Fitria

Editor: Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *