Pembinaan Kegiatan Melestarikan Budaya Rebana di jorong Taratak Teleng Santiago Hiliran Gumanti
Foto: Kepala KUA Kecamatan Hiliran Gumanti Mendampingi warga Jorong Taratak Teleng Latihan Rebana (Foto: IST)
Kabupaten Solok, MZK News – Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Hiliran Gumanti, Fauzi, bersama Penyuluh Agama kembali menggerakkan kegiatan kesenian rebana yang saat ini sudah mulai langka di masyarakat.
Kali ini, Kepala KUA mengunjungi Jorong Taratak Teleng Kenagarian Sarik Alahan Tigo Kecamatan Hiliran Gumanti, dimana disana masih terdapat banyak orang yang bisa menggunakan alat kesenian rebana tersebut, Senin malam (03/07/23)
Dalam kunjungan tersebut Kepala KUA langsung mendampingi warga yang sedang mengikuti latihan kesenian rebana.
“Kita berharap budaya rebana ini dapat digiatkan lagi di setiap jorong. Jangan sampai hanya orang terdahulu yang bisa, sedangkan generasi sekarang kehilangan keterampilan rebana ini. Rebana ini suatu kesenian Islam yang unik, karena nilai-nilai agama dikaji dan disampaikan melalui seni,” ujar Fauzi.
“Mudah-mudahan dengan kita gerakkan kesenian rebana ini kembali membuat anak muda mencintai tradisi-tradisi Islam yang telah diwariskan oleh para pendahulu. Ini juga akan berdampak positif bagi generasi muda sekarang yang setiap waktu sibuk dengan gadget,” lanjutnya.
Niniak Mamak dari Suku Panai Taratak Teleng, Marsuis, S.Pd.I., Datuak Rajo Batuah juga sangat mendukung kegiatan yang dipelopori oleh Kepala KUA dan Penyuluh Agama Kec. Hiliran Gumanti ini.
“Sebagai masyarakat, kita berharap kesenian ini dapat hidup kembali di tengah-tengah masyarakat dan kita bersama-sama menyuarakannya kepada jorong lain. Kita juga berharap kesenian rebana ini menjadi salah satu mata pelajaran muatan lokal di Pondok-Pondok Pesantren yang ada di Sarik Alahan Tigo ini, sehingga ada generasi penerus ke depannya,” harap Angku Datuak Rajo Batuah tersebut.
Dalam kegiatan perdana tersebut, hadir sekitar 50 orang warga masyarakat Jorong Taratak Teleng dan berkumpul di rumah salah seorang Penyuluh Agama Honorer (PAH), Yondri Popiya, M. Sos.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh tokoh muda dari Jorong Pinti Kayu, Buya Fitratul Jamal, S.Pd.I dan Mulyadi, S.Pd.I.
“Kita bangga dengan ide dan gerakan yang dilakukan Pak KUA ini. Dengan kegiatan rebana ini akan dapat membangkitkan budaya dalam Nagari,” ujar Fitra.
Ka. Kankemenag Kab. Solok, H. Zulkifli, juga mengapresiasi gerakan yang dilakukan KUA Hiliran Gumanti ini.
“Terima kasih kepada KUA dan Penyuluh Agama Hiliran Gumanti, Mudah-mudahan latihan itu berkelanjutan dan kesenian budaya rebana ini tetap dilestarikan bagi masyarakat kita,” ujarnya.
Mengutip dari orami.co.id bahwa kesenian rebana di Minang Kabau dikenal dengan rabana atau rabano. Yaitu merupakan alat musik sejenis gendang yang pada bagian sebelah mukanya diberi kulit hewan.
Rebana merupakan alat musik perkusi atau pukul tradisional yang kerap ditampilkan dalam upacara atau pertunjukan yang berhubungan dengan agama Islam.
Rebana dikenal oleh masyarakat Minang atau Sumatra Barat setelah masuknya agama Islam ke daerah Minang.
Rebana khas Minang terbuat dari kayu nangka atau surian, kulit kambing atau biawak, dan diberi paku untuk menahan kulit pada bagian muka.
Rebana ada yang bergiring-giring dan ada yang tidak. Rebana bergiring-giring memiliki tiga giring-giring.
Ukurannya pun bervariasi dari ukuran kecil hingga besar, dengan diameter berkisar antara 17-70 cm, sesuai daerah asalnya di Sumatra Barat.
Rebana kecil sering dimainkan bersama dengan talempong dan gandang untuk mengiringi tarian adat.
Sementara rebana berukuran besar digunakan dalam pesta pernikahan dan acara yang berhubungan dengan agama Islam seperti: Khatam Al-Qur’an, Perayan hari-hari besar Islam, Acara akikah, Khitanan, dan Acara kasidahan.
Reporter: Fitria
Editor: Khoirul Anam