DaerahFEATUREDNewsTOP STORIES

Tradisi Malamang Siarang Sambut Hari Raya di Sianggai-Anggai

Foto: Lamang Siarang (Lemang Hitam) salah satu makanan khas Kabupaten Solok di Hari Lebaran (Foto: IST)

Kabupaten Solok, MZK News – Untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Jorong Sianggai-Anggai dan pada umumnya masyarakat Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten Solok membuat makanan khas daerah berupa lemang hitam (lamang siarang).

H-2 Idul Fitri, asap sudah mulai mengepul dari setiap halaman rumah-rumah warga, pertanda bahwa si pemilik rumah sudah memasak lemang hitam. H-1 hampir setiap rumah sudah memasak lemang.

Tradisi ini dilakukan sejak zaman nenek moyang hingga saat ini. Bagi masyarakat di sini, tidak menyediakan kue dan baju lebaran tidak menjadi hal, tetapi kalau tidak membuat lemang akan merasa ada yang kurang saat lebaran.

“Kalau tidak membuat lamang saat lebaran merasa kekurangan betul kita dari yang lain, karena masyarakat di sini pada umumnya bertani (menanam padi di sawah), hampir setiap rumah menyediakan padi atau beras hitam untuk membuat lemang setiap hari raya ‘Idl Fitri,” ujar salah seorang warga Jorong Sianggai-Anggai.

Foto: Proses pembuatan Lemang Hitam, makanan khas Kabupaten Solok.

Anak-anak di kampung tersebut pun pada umumnya menyukai makanan khas ini. Mendekati lebaran, selain bertanya baju lebaran, anak-anak akan bertanya kapan membuat lemang kepada orang tuanya. Sehingga setiap orang tua juga semangat menyiapkan bahan-bahannya ketika puasa hampir usai.

Salah seorang warga Sianggai-Anggai membocorkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat lemang hitam ini

“Kita jarang menakar secara detail bahan-bahannya, tetapi kira-kira setiap 1 sukatan (2,5 liter) beras hitam itu kita kasih 2 kg gula merah yang dicairkan dengan air secukupnya, kelapa parut rendang digiling halus 1 buah, vanile secukupnya, soda pengembang secukupnya, garam sejumput kecil, sediakan bambu (sariak atau talang) 4 batang seukuran 2 ruas,” ujar Ibu-Ibu yang tidak mau disebutkan namanya itu.

“Beras hitam itu dijadikan tepung halus lalu dicampur dengan bahan-bahan lainnya tadi dalam wadah yang agak besar, dibuat adonan hingga timbul gelembung-gelembung kecil, setelah itu dikasih minyak goreng -+1 sendok makan agar tidak lengket di bambu. Lalu adonan dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dibersihkan, kemudian ditaroh di atas bara api yang sangat panas hingga matang,” jelasnya melanjutkan tata cara memasak lemang hitam tersebut.

Bambu yang digunakan untuk wadah atau cetakan lemang ini tidak boleh sembarangan bambu, kalau di daerah sini namanya bambu sariak atau bambu talang. Dua jenis bambu ini biasa digunakan warga untuk memasak lemang. Sebelum diisi dengan adonan lemang hitam, buku atau batas ruas bambu dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan.

Memasak lemang hitam atau lemang siarang ini butuh api yang panas merata dan tidak boleh terlalu besar, bambu tidak boleh hangus, sehingga selama memasak lemang tidak bisa ditinggalkan barang sebentar saja, mesti rata kena panas semuanya.

Jika lemang sudah matang, terlihat menjadi tradisi juga bagi masyarakat di Sianggai-Anggai ini saling berbagi lemang hitam antar warga. Bagi yang sudah lebih awal memasak lemang, dia akan membaginya kepada orang-orang terdekatnya atau pun orang yang datang berkunjung ke rumahnya.

Begitupun di hari lebaran, jika bertamu ke rumah yang lain, orang-orang di sini akan membawa seruas atau 1 batang lemang untuk tuan rumah. Para perantau pun akan membawa lemang siarang ini sebagai oleh-oleh kebesaran untuk keluarga dan rekan kerjanya di perantauan.

Reporter: Fitria

Editor: Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *