Petani di Desa mengeluh Gara-gara Pupuk Mahal
Foto: Pupuk yang berada di dalam gudang (Foto: IST)
Ngawi, MZK News – Masyarakat desa yang mayoritas penduduknya petani mengeluh dengan mahalnya harga pupuk kimia non subsidi. Sedangkan pupuk subsidi tidak bisa mencukupi kebutuhan petani, dikarenakan alokasinya berkurang untuk mencukupi kebutuhan pupuk petani harus membeli pupuk non subsidi yang harganya Sangat mahal, Selasa (24/05/2022).
“Pupuk subsidi tidak mencukupi untuk kebutuhan kami sebagai petani, ya kami harus beli non subsidi walau harganya mahal yang penting hasil panen bagus” tutur Harno Petani Asal Kecamatan Sine.
Selanjtnya, Demang petani asal Desa Tulakan saat dikonfirmasi awak media, menjelaskan, biaya yang kami keluarkan tidak bisa seimbang dengan penghasilan, apalagi sekarang semua mahal, mulai dari tenaga, sampai pupuk, bahkan saat panen harga padi menurun.
“Kalau pupuk subsidi harganya tidak mahal masih terjangkau, untuk penyaluran ke petani dikelola kelompok masing-masing, masalah melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), Yo wajar saja, karena pembagian sesuai acuan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani) itu pun sudah ada kesepakatan semua anggota kelompok tani, berdasarkan musyawarah bersama anggota tertuang dalam berita acara,* imbuh Demang.
“Kalau kelompok tani jualnya sesuai harga HET, ya merugi, siapa yang akan nombok? Belum lagi untuk sewa tempat pupuk, beli kantong plastik untuk membagi sesuai RDKK, dan sisanya buat kas kelompok tani juga milik semua anggota bukan milik pengurus,” tutupnya.
Mbak Mayang selalu penyuluh, saat ditemui awak media di kantor Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sine, menjelaskan, kami akan mencari terobosan sesuai dengan program Bupati Ngawi.
“Pertanian ramah lingkungan merupakan salah satu program yang harus diterapkan dan dijalankan, sebagai alternatif untuk memperbaiki Ekosistem pertanian dan kesuburan tanah, melalui pembuatan pupuk organik dan pembuatan pestisida alami, kita tumbuhkan petani yang mandiri dan tidak tergantung lagi pada pupuk kimia, juga bisa tetap menjaga ekosistem pertanian,” tutupnya.
Reporter: Tri Sofyan
Editor: Khoirul Anam