ArtikelFEATUREDPendidikanTOP STORIES

Rd Ace Sumanta: Bupati Bogor Yang Merakyat RE Abdoellah Natadipoera

Foto: Raden Endoey Abdullah (Kantor Arsip dan Perpustakaan Kab Bogor)

R.E. Abdoellah bernama lengkap Raden Endoey Abdoellah Natadipoera diangkat menjadi Bupati Bogor tanggal 20 Desember 1949.

Beliau menggantikan Bupati Rd. Ipik Gandamana yang diangkat menjadi Residen Bogor RI dan sekaligus menggantikan Residen Pasoendan Rd. Oemar Said. Tanggal 31 Desember 1949, Bupati Pasoendan Rd. Hardjadiparta belum menyerahkan wewenangnya kepada Bupati Bogor RI.

Sedangkan wewenang di tingkat Karesidenan sudah diserah-terimakan secara resmi tanggal 23 Desember 1949 dari Residen “Pasoendan” kepada Residen RI yang didampingi oleh Kapten Rd. Oking Djajaatmadja, Kepala Staf Urusan Militer KDM “J” Bogor dan E. Sanoesi.

Wakil Ketua Badan Eksekutif Kabupaten Bogor RI, Bupati Bogor RI, R.E. Abdullah mengambil alih wewenang pemerintahan dari tangan Bupati “Pasoendan” Rd. Hardjadiparta yang didampingi oleh Boestomi Soetan Perang dan Sastramihardja. Kedua-duanya anggota Badan Eksekutif Kabupaten Bogor “Pasoendan“.

R.E. Abdullah bukan hanya Bupati Bogor RI akan tetapi juga seorang pejuang yang gigih dan disegani. Seorang pemimpin yang ulet dan mengayomi masyarakatnya. Beliau juga salah seorang pendiri Kabupaten Bogor RI di Jasinga pada tanggal 1 April 1948. Beliau sanggup menderita setelah menjabat Bupati serta hidup penuh kesederhanaan serta selalu dekat rakyatnya.

Di Kabupaten Bogor masih diliputi ketegangan antara “non” dan “cooperator”. Beliau juga mengadakan tindakan dan sikap fundamental saat itu, yakni tata krama, tata bahasa, dan tata tertib birokrasi yang mengikat saat itu mulai ditiadakan. Rasa feodalisme dan pageden dikikis habis saat itu sehingga tidak ada istilah “pageden” dan “juragan“. Maka RE Abdullah seorang Bupati yang merakyat, namun tetap disegani. Kini R.E. Abdullah diabadikan menjadi nama Jalan R.E. Abdullah dari Gunung Batu hingga ke Simpangan Ciomas.

Catatan/Dokumen tentang beliau serta baju jas kumal beliau yang suka dipakai berada di Museum Perjuangan Bogor.

Penulis adalah Peneliti Sejarah dan Cagar Budaya juga Pengurus ICMI, tinggal di Kp. Nagrak, Desa Cijujung, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Pengirim: Basirun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *