KGBN Gelar Diskusi Kebangsaan Sambut Geliat Giat Politik 2024
Jakarta, MZK News – Riuh giat politik dibangsa ini, kian menggeliat. Hal tersebut ditandai dengan munculnya baliho-baliho yang bertebaran di sepanjang jalan yang strategis. Ditambah lagi dengan berbagai informasi elektabilitas yang dimenangkan oleh capres-capres yang diusungnya. Bahkan, ketika partainya lolos pada verifikasi pertama ini, mesin politik mereka semakin terang-terangan dioperasikan.
Akankah kegaduhan politik 2017 dan 2019 kembali terulang? Politik identitas, politik uang dan politik hitam kembali mewarnai politik 2024? Berikut diskusi kebangsaan bersama Kawan Ganjar Bersatu Nasional (KGBN) menyikapi riuh giat politik belakangan ini dengan obrolan santai Diskusi Kebangsaan di Tebet, Jakarta.
“Proses politik mendekati (tahun) 2024, tentunya sudah bisa kita rasakan beberapa tahun belakangan ini,” ujar Juliant Palar pengamat politik sekaligus ketua KGBN buka suara.
Menurutnya, suhu politik 2024 mulai memanas hampir dua tahun belakangan ini, merupakan dampak dari kepemimpinan Presiden Jokowi yang hampir (mencapai) sepuluh tahun ini.
“Beliau mampu membawa fenomena kepemimpinan baru di bangsa ini,” katanya.
Presiden Jokowi, memang sangat dekat dengan rakyat. Dan, tidak dipungkiri, ujarnya lagi, hampir tidak ada sekat antara presiden dengan rakyatnya. Di samping itu, dirinya juga menyoroti hal lain. Yaitu, prestasi yang dicapainya.
“Prestasi beliau sangat spektakuler dan sangat memukau kami, anak-anak bangsa. Bahkan, dunia mengakuinya,” tukasnya antusias.
Senada dalam hal gaya dan prestasi kepemimpinan Presiden Jokowi, Johan Delano Taufik, sekretaris jenderal KGBN setuju dengan pendapat Juliant. Bahkan, di sisi lainnya, Johan mengamati (bahwa) riuh giat politik yang memanas ditahun-tahun belakangan ini merupakan pertanda semakin dewasanya proses demokrasi di bawah kepemimpinan Jokowi.
“Edukasi politik di tengah masyarakat berjalan baik. Mengingat semua warga negara dibangsa ini mempunyai hak suara dalam pemilihan presiden 2024 mendatang,” ujarnya lagi.
Karenanya, dirinya mengajak setiap warga negara Indonesia untuk sadar akan tanggungjawabnya dengan menempatkan dirinya dan mengambil peran yang sesuai kemampuan yang dimilikinya. Apakah perannya melalui posisi sebagai pejabat negara, pengusaha, mahasiswa, pelajar dan bahkan pengangguran sekalipun.
“Sadar diri akan peranannya sebagai anak bangsa. Maka faktor kepentingan berbuat untuk kebaikan bagi bangsa dan negara harus melakukan perannya masing-masing. Dan, menjadi suatu keutamaan,” pungkasnya tegas.
Penegasan ini disampaikan agar tidak lagi terulang kembali kegaduhan politik yang pernah terjadi pada proses pemilihan umum yang lampau. Politik identitas, politik adu domba antar anak bangsa. Sangat berbahaya untuk keutuhan bangsa.
“Pengalaman pemilihan kepala daerah DKI Jakarta yang menggunakan politik identitas, membuat Saya pribadi selaku relawan wajib turun (kembali) melakukan peran Saya dalam pemilu 2024,” tukas Fahmi Herdian, relawan sejati yang bergabung dikepengurusan KGBN membawahi kehumasan, menyatakan pendapatnya.
Menurutnya, keikutsertaan sebagai relawan Ganjar Pranowo di KGBN adalah bentuk perlawanan untuk menghindari pola-pola dari pihak yang tidak bisa membedakan demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia terhadap demokrasi yang dibungkus oleh politik identitas.
“Politik identitas, ujung-ujungnya lebih membawa mudharat ketimbang manfaat. Sehingga di level akar rumput mudah sekali terjadi percikatn serta tumbukan yang membuat kita terjebak didalamnya,” tukasnya menegaskan.
Menurutnya, harus ada relawan-relawan yang wajib turun langsung sebagai garda terdepan mengedukasi akar rumput sembari merekomendasikan figur yang tepat untuk menjadi pemimpin di tahun 2024 nanti.
“Ganjar Pranowo adalah sosok yang tepat untuk melanjutkan kepemimpinan Presiden Jokowi,” katanya merekomendasikan figur pengganti Presiden Jokowi.
Ketiganya sepakat mekomendasi Ganjar Pranowo, figur pengganti Presiden Jokowi. Bukan tanpa alasan rekomendasi tersebut kemudian disosialisasikan hingga ke akar rumput.
“Ini bentuk edukasi politik, yang terutama menyasar kepada masyarakat yang masih terdistorsi atau terpengaruh dengan pola lama. Yaitu, menggunakan politik identitas dan politik uang,” tutup Fahmi.
Reporter: Denny Zakhirsyah
Editor: Khoirul Anam