ArtikelFEATUREDTOP STORIES

Penuh Kejanggalan: Kredibilitas Kepolisian Diuji

Sumber Foto: (http://Kompas.id)

Oleh: Alvin Gumelar Hanevi, S.Pd.

Kasus penembakkan yang melibatkan dua ajudan Kadiv Propam Polri Irjen Pol. Ferdy Sambo masih menimbulkan tanda tanya. Brigadir J meninggal diduga setelah baku tembak dengan Bharada E, keluarga korban (Brigadir J) berharap proses penyelidikkan dan penyidikan berjalan transparan dan tidak ada yang perlu ditutupi. Namun, harapan keluarga tersebut, saat ini belum mampu dipenuhi dan justru menimbulkan kecurigaan.

Menurut keterangan keluarga korban terdapat beberapa kejanggalan dalam kronologi meninggalnya keluarga mereka. Beberapa kejanggalan seperti adanya bekas sayatan senjata tajam, rusaknya cctv di TKP, dan tidak terpenuhinya keinginan keluarga untuk meminta hp korban oleh pihak kepolisian.

Melihat hal tersebut memang terdapat beberapa kejanggalan dan justru menimbulkan misteri yang harus segera dipecahkan. Saat ini atas perintah Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo telah dibentuk Satgas Khusus (Satgasus) yang terdiri dari unsur Kepolisian, Kompolnas, dan juga Komnas HAM yang dipimpin langsung oleh Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono. Namun hingga saat ini belum ada kronologi dan dugaan yang tepat mengenai meninggalnya Brigadir J.

Beberapa kejanggalan dibalik meninggalnya Brigadir J. Pertama publikasi kasus penembakkan polisi oleh polisi yang mana kejadian tersebut terjadi pada Jumat (8/7), namun baru-baru diekspos pada Senin (11/7). Hal ini patut dicurigai mengapa hal tersebut bisa terjadi, Menkopolhukam yang juga merupakan Ketua Kompolnas, Mahfud MD menyanyangkan kenapa proses tersebut baru diungkapkan ke publik pasca tiga hari penembakkan tersebut dan Mahfud MD menegaskan tidak ada waktu libur untuk proses penyelidikan dan penyidikan.

Kedua kronologi yang berbeda. Sebelumnya Karo Penmas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan dalam konferensi awal menyampaikan kronologi meninggalnya Brigadir J setelah sebelumnya masuk ke rumah dinas Kadiv Propam Irjen Pol. Ferdy Sambo dan ditanya oleh ajudan lainnya Bharada E, tanpa basa basi Brigadir J langsung menembakkan pistol kepada Bharada E dan terjadilah kontak senjata. Namun selang berikutnya melalui konferensi pers oleh Kapolres Jakarta Selatan menginformasikan bahwa kasus penembakkan tersebut terjadi setelah Brigadir J melakukan pelecehan seksual terhadap istri Kadiv Propam Polri. Hal ini menimbulkan kebingungan ditengah masyarakat karena hasil kronologi di konferensi pers tersebut berbeda dengan sebelumnya. Terakhir yaitu rusaknya cctv di rumah dinas Kadiv Propoam Polri. Hal ini sangat disesalkan karena sekelas rumah dinas petinggi polri tidak mempunyai CCTV alias rusak.

Melihat tiga kejanggalan di atas sepatutnya menjadi dorongan bagi pihak kepolisian gar segera melakukan investigasi dan penyelidikan menyeluruh. Pembentukkan Satgasus merupakan langkah awal yang sangat baik untuk menjawab kebingungan yang tengah melanda masyarakat terutamanya keluarga Brigadir J.

Hal ini juga menjadi tantangan besar bagi pihak kepolisian karena hal ini menyangkut dengan internal institusinya. Harapannya pihak kepolisian bersama Satgasus segera menemukan fakta baru dan membuat terang benderang kasus yang saat ini masih abu-abu. Jangan sampai kasus penembakkan sesama polisi ini dan ketidakmampuan pihak kepolisian dalam membuka tabir hitam kasus tersebut menimbulkan preseden buruk dari masyarakat. Oleh karena itu, pihak kepolisian harus segera menyampaikan hasil penyelidikan kasus tersebut agar masyarakat segera mengetahui fakta yang sesungguhnya dan tidak ada proses atau hasil yang perlu disembunyikan. Karena polisi merupakan lembaga keamanan yang diharapkan oleh masyarakat. Jangan lupakan itu!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *