ArtikelFEATUREDMotivasi & InspirasiOpiniPendidikan

Baik Jadi Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga?

Oleh: Khoirul Anam

Ada hal yang terkadang menjadikan pro dan kontra di dalam pembahasan mengenai status wanita. Apakah akan menjadi wanita karir ataukah sebagai ibu rumah tangga. Di satu sisi, ada seorang suami yang memang benar-benar ingin istrinya itu berada di rumah saja, yang mana tugasnya mengatur operasional rumah, mendidik, dan mengawasi anak-anaknya. Karena hal itu adalah memang tugas wajib sebagai seorang istri atau ibu. Tidak ada kata lain, jika memang tidak menjadi wanita karir. Ya adalah di rumahnya sendiri, dan tugasnya melayani keluarganya.

Dan disisi lain, ada seorang suami yang mengijinkan dan mendukung malah pada istrinya untuk mengejar karirnya, dan menjadi orang bermanfaat bagi sesamanya (aktivis perempuan). Baik itu sebagai guru, karyawan, atau pegawai lainnya. Meskipun begitu, tentunya tidak boleh untuk melupakan tugas wajibnya sebagai ibu rumah tangga, yaitu melayani keluarganya dengan baik begitu pun dengan anak-anaknya.

Namun, ada hal yang perlu diketahui oleh para suami atau pun calon suami bahwa wanita itu bisa menjadi ibu, dan juga menjadi bapak, akan tetapi bapak belum tentu bisa menjadi seorang ibu. Hal ini memang bukan lagi hanya sekedar omong kosong, namun sudah banyak contoh nyata yang menggambarkannya. Banyak di luaran sana, istri dan ibu yang ditinggalkan suaminya, masih bisa merawat, mendidik dan menafkahi anaknya. Mengutip dari Kang Maman, di dalam kata Mother itu ada yang namanya Hero, yang bisa menjadi apa pun sesuai kondisinya.

Bukan berarti dalam coretan ini, untuk mendukung istri untuk berkarir, atau pun memilih sebagai ibu rumah tangga. Yang dengan pilihannya itu bisa jadi melawan atau membantah suaminya demi mengejar keinginannya. Namun, tulisan ini, akan mengajak siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan untuk membaca dan merenungkannya, manakah yang lebih utama, antara menjadi suami yang penuh support ataukah yang mengutamakan ego, dan menjadi wanita karir ataukah menjadi ibu rumah tangga. Semua itu, jawabannya ada pada diri kalian masing-masing, bukankah kita sebagai manusia diberikan keistimewaan yaitu akal untuk berpikir.

Memang, keduanya tidak bisa dipilih, kalau memang bisa melakukannya dengan baik, mengetahui, dan sadar akan dirinya sebagai istri saat di rumah dan di mana pun. Mengutip dari Najwa Shihab, “Mengapa harus milih, jika itu bisa dilakukan bersamaan”. Dilain hal, ada hal yang perlu dilakukan dan dipikirkan oleh suami, jika melarang istrinya untuk ikut membantunya dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, yaitu iya, kalau memang suami bisa mencukupi kebutuhannya, itu boleh-boleh saja, akan tetapi jika tidak, apa yang harus dilakukan, selain mengijinkannya. Hal yang paling penting, bagaimana jika istri tidak mempunyai keahlian, karena memang tidak pernah melakukan apa pun selain tugas wajibnya saja. Bagaimana jika suatu saat suami lebih dahulu meninggalkannya, itu akan menyusahkan bagi para ibu-ibu yang tidak punya keadaan seperti itu. Oleh karena hal itu tidak bisa diprediksi, semuanya tidak dapat diketahui oleh siapa pun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *