ArtikelFEATUREDMotivasi & InspirasiOpiniPendidikan

Semangat Literasi di Bumi Panrita Kitta’? Part#3

Oleh: Muhsafir Cinta

EPILOG

Sinjai Maju. Bebas Buta Aksara

”Buahnya pendidikan yaitu matannya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci yang bermanfaat bagi orang lain.”

-Ki Hajar Dewantara-

            Perencanaan GSM, rencana akan dilaksanakan pada tanggal 15 maret. Itu merupakan hasil  pertemuan dengan  Andi Nurhilda Halid Asiah Seto, di rumah Dinas Bupati Sinjai dengan teman teman pengurus. Rencana kegiatan Gerakan Sinjai Membaca yang diinisiasi oleh FTBM Sinjai bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sinjai yang rencananya akan dilaksanakan hari ini, Selasa 17 Maret 2020 yang bertempat di Pendopo rumah Dinas Bupati Sinjai, diputuskan untuk ditunda. Penundaaan ini dilakukan, karena adanya himbauan dari Pemerintah Kabupaten Sinjai untuk menunda kegiatan yang melibatkan banyak orang selama 14 hari kedepan untuk pencegahan merebaknya virus Corona, terhitung dari tanggal keluarnya himbauan tersebut.

GSM, sendiri rencananya melibatkan 350 orang peserta yang terdiri dari para kepala sekolah, Pustakawan, Forkopimda, Camat, Istri Kades Se-Kabupaten Sinjai, pengelola TBM dan Ketua organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan.

“Kerja keras panitia selama satu minggu terakhir ini harus terhenti sebelum pelaksanaan kegiatan, bagaimana pun kita harus mengikuti himbauan pemerintah demi kepentingan dan keselamatan bersama. Ini persoalan kemanusiaan dan keselamatan orang banyak, insyaAllah setelah kondisi membaik seperti semula, Gerakan Sinjai Membaca dan Lounching Gerakan Donasi 1000 buku untuk Sinjai akan kita jadwalkan ulang.”

            Pada tanggal 17 Maret 2020 menjadi saksi sejarah ditundanya “Gerakan Sinjai Membaca dan Program Donasi 1000 Buku Untuk Sinjai,” ini merupakan bukti Perjuangan dan kerja keras kami, dengan unsur pegiat literasi di Kabupaten Sinjai adalah sebuah proses langkah awal tumbuhnya semangat literasi, yang  menunjukkan bahwa suatu daerah yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Akan tetapi, daerah  yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang aktif memajukan masyarakat. Dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu daerah bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana suatu daerah memiliki kecakapan hidup, agar mampu bersaing dan bersanding dengan daerah lain untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, dan itu akan terwujud atas sinergitas antara Pemerintah Daerah dengan seluruh unsur komponen masyarakat. Dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan daerah tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan komunikatif di era modern saat ini.

#Sinjai Maju, #Bebas Buta Aksara.

Editor: Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *