Covid-19 Melonjak, Salah Siapa?
Perjalanan panjang Covid-19 ternyata masih belum mendekati kata “usai” atau “turun”. Sampai saat ini pun, kasus Covid-19 masih saja menjadi hantu dan momok buat masyarakat yang sudah lama mengalamikehidupan yang membosankan. Sampai saat ini, kasus Covid-19 masih merajalela di beberapa kota besar di Indonesia. Salah satunya, Jakarta.
Seperti yang dilansirkan oleh media online Pikiran-Rakyat.com Senin, 14 Juni 2021 bahwa Covid-19 di Jakarta kembali meningkat. Hal ini sudah terjadi sejak arus balik mudik lebaran 1442 H kemarin. Gubernur Anies Baswedan juga mengatakan bahwa peningkatan Covid-19 saat sudah mencapai angka 50% dari minggu sebelumnya. Peningkatan inilah yang membuat beberapa masyarakat turut perihatin karena kasus ini membuat pemerintah akan kewalahan dalam menyediakan fasilitas kesehatan.
Tidak hanya fasilitas kesehatan saja yang akan menjadikan pemerintah DKI Jakarta kewalahan, namun juga cara mengatur pergerakan orang juga akan bermasalah, sehingga menjadikan aturan yang semula ketat akan terlihat longgar. Ini juga yang membuat beberapa orang merasa kurang yakin dengan penanganan Covid-19 di Jakarta.
Salah satu yang membuat beberapa masyarakat kurang yakin juga adalah masih adanya izin operasional untuk beberapa instansi atau lembaga dengan protokol kesehatan. Izin ini menyebabkan beberapa orang bergejolak. Apalagi kebijakan pemerintah yang sudah teratur tapi masih ada saja yang melanggar.
Beberapa hal lain yang menjadi perhatian bahwa aturan dan kebijakan Covid-19 yang dikeluarkan baru-baru ini akan membuat banyak komentar yang tidak mengenakkan dari beberapa netizen. Bisa dilihat sendiri di beberapa media sosial yang menggambarkan bahwa banyak orang yang mendukung kebijakan untuk memperketatkan kembali pergerakan orang di Jakarta. Ada pula yang tidak mendukung karena dianggap tidak serius. Hal ini terjadi karena beberapa orang masih susah diatur dan diizinkan untuk beraktivitas dengan protokol kesehatan.
Masih dari Pikiran-Rakyat.com, Anies Baswedan menyampaikan, jika Covid-19 masih melonjak minggu ke-2 Juni 2021 ini, maka semua warga DKI Jakarta akan memasuki Fase Genting. Bisa saja akan diterapkan lagi “Rem Darurat” yang membatasi warga dalam bergerak dan berjalan.
Untuk diketahui juga, dilansirkan dari media online Antara Senin, 14 Juni 2021 mencatat data real Covid-19 per harinya mencapai 2.700 kasus. Ini juga akan menambah kebijakan pemerintah DKI Jakarta yang harus memberikan perhatian ekstra untuk penanganan Covid-19 baru-baru ini. Bukan lagi hal yang baru jika pemerintah DKI Jakarta berkoar untuk selalu mengajak warganya agar tetap menjaga kesehatan dan tetap terapkan protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun.
Lalu, salah siapakah kasus Covid-19 ini meningkat? Pertanyaan ini masih saja ditanyakan oleh beberapa orang yang memang bingung entah apa lagi yang akan dilakukan dengan kenaikan angka Covid-19 ini. Pada intinya, ini juga menjadi bahan koreksi untuk kita masing-masing. Sebab, yang menyebabkan Covid-19 naik juga tidak terlepas dari pergerakan kita sendiri juga beberapa orang yang ada di sekitar kita.
Jika banyak yang menyalahkan pemerintah itu juga tidak benar. Bahkan, jika disalahkan juga warganya juga tidak etis. Semuanya bisa berkaca dari kejadian-kejadian sebelumnya bahwa sesuatu terjadi pasti ada penyebabnya sehingga ada akibat dari penyebab tersebut. Jadi, pertanyaan “salah siapa?” itu bukan lagi pantas ditanyakan. Hanya saja, perlu untuk menjadi bahan koreksian untuk kita semua yang memang berada di DKI Jakarta.
Harapan terbesarnya dari pelonjakan kasus Covid-19 setelah lebaran ini adalah warga harus sadar dengan kesehatannya sendiri dan protokol kesehatan, sehingga bukan saja pemerintah yang memikirkan aturan dan kebijakan namun diri kita sendiri juga harus bijak terhadap kesehatan diri pribadi masing-masing. Bisa saja aturan dibuat sebagus mungkin, namun kita sebagai warga tidak menerapkan dan masih ngeyel sama saja itu tidak efektif. Ujungnya akan berimbas ke kita juga.
Penulis: Martha Syaflina, S.E. (Jurnalis MZK News, Editor, Penulis)