AlamKuBrainsFEATUREDTOP STORIES

Mengupas Zona Megathrust, Seperti Apakah Dia?

Foto: wikipedia.com

Oleh: Martha Syaflina

(Pimpinan Redaksi MZK News, Editor)

Baru saja pagi tadi terjadi gempa di Tenggara Nias Selatan dengan kekuatan 6,9 SR sekitar pukul 04.09 WIB. Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa ini memiliki kedalam sekitar 25 km dan tidak berpotensi tsunami. Beberapa gempa susulan juga terjadi di area yang sama dengan kekuatan 6,0 SR pukul 04.38 WIB. Hal ini membuat getarannya terasa di sejumlah wilayah, seperti di Nias Selatan, Padang, Siberut, Gunungsitoli, Padang Panjang, dan Pariaman. Area tersebut dilalui oleh lempeng-lempeng aktif yang bergeser dan diyakini itu adalah gempa akibat zona megathrust.

Lalu, apa itu Zona Megathrust yang dilontarkan BMKG pagi ini?

Dikutip dari Wikipedia, Zona Megathrust sebenarnya hanya sebutan dari zona subduksi Selat Sunda (Sunda Megathrust). Zona ini memiliki luasan sekitar 5.500 km dari Myanmar (Burma) di utara dan berlanjut ke selatan Jawa dan Bali sebelum berakhir dekat Australia. Zona ini juga salah satu megathrust yang berada di batas lempeng konvergen dimana merupakan zona pertemuan antara Lempeng Eurasia yang ditujam oleh Lempeng Indo-Australia. Struktur di zona ini sangat aktif di bumi. Mereka bertanggungjawab atas banyaknya gempa bumi besar, termasuk gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia tahun 2004 yang memakan korban lebih dari 230.000 orang. Zona ini terbagi 3, yaitu Adnaman Megathrust, Sumatra Megathrust, dan Java Megathrust.

Lebih mudahnya, gempa yang terjadi pagi tadi diakibatkan oleh pergeseran lempeng di laut dangkal sehingga sangat terasa ke bumi. Getarannya pun di sekitar lempengan tepi laut dari ujung Burma, Nias, hingga Padang. Jika ada yang bermukim di area sana sangat diminta untuk berhati-hati.

Menurut Dr. Daryono, S.Si.,M.Si. selaku Kabid Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam postingannya di laman BPBD Jogja tahun 2020, Lempeng Samudera yang menghujam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antarlempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba sehingga memicu gempa. Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudera bergerang terdorong naik (thrusting).

Gempa zona megathrust bukanlah hal yang baru, bahkan sudah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Zona yang megathrust yang berda di zona subduksi aktif, seperti: (1) Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba, (2) Subduksi Banda, (3) Subduksi Lempeng Laut Maluku, (4) Subduksi Sulawesi, (5) Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan (6) Subduksi Utara Papua

Dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 disebutkan di Samudera Hindia selatan Jawa terdapat 3 segmentasi megathrust, yaitu (1) Segmen Jawa Timur, (2) Segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan (3) Segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitude tertarget 8,7 SR.

Namun, jika skenario model dibuat dengan asumsi 2 segmen megathrust yang “bergerak” secara simultan maka magnitudo gempa yang dihasilkan bisa lebih besar dari 8,7 SR. Besaran ini adalah potensi skenario terburuk (worst case) bukan prediksi yang akan terjadi dalam waktu dekat. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan terjadi gempa dahsyat akibat pergeseran lempeng di zona megathrust ini.

Dalam catatan sejarah, sejak abad ke-17 alias tahun 1700 zona megathrust selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi aktivitas gempa besar (major earthquake) dan dahsyat (great earthquake). Gempa tersebut terjadi dengan magnitudo 7,0 SR dan 7,9 SR yang sudah terjadi sebanyak 8 kali, yaitu tahun 1903 (7,9 SR), 1921 (7,5 SR), 1937 (M7,2), 1981 (7,0 SR), 1994 (7,6 SR), 2006 (7,8 SR0, dan 2009 (7,3 SR). Gempa yang terjadi sangat dahsyat dengan magnitudo 8,0 SR atau lebih besar pernah terjadi di zona megathrust selatan Jawa sebanyak 3 kali, yaitu tahun 1780 (8,5 SR), 1859 (8,5 SR), dan 1943 (8,1 SR).

Untuk diketahui juga bahwa gempa besar ini bisa saja tiba-tiba terjadi, saat ini saja sudah ada gempa-gempa kecil yang terjadi karena memang subduksinya aktif. Hal ini tidak terlalu berbahaya. Hanya saja sebagai mitigasi atau kehati-hatian terhadap kejadian besarnya nanti. Apalagi penduduk yang bermukim dekat area lempeng. Itu akan diminta waspada.

Editor: Khoirul Anam

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Zona_subduksi_selat_sunda

http://bpbd.jogjaprov.go.id/berita/mengenal-dan-memahami-gempa-megatrust-1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *