FEATUREDOpiniTOP STORIES

Karakteristik Pemimpin Ideal dan Idaman

Oleh: Taufikul Hakim (Ketua Umum PRIMA DMI Provinsi Sumbar)

Dalam historiografi Masyarakat Minang telah mengenal sebuah Falsafah yang bila diturunkan adalah substansi perintah dari membaca secara luas layaknya perintah pertama firman Tuhan, yakn “Alam Takambang manjadi Guru“.

Alam atau lingkungan sekitar menjadi patron pengarah bersikapnya Orang Minang. Selanjutnya juga ada Falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah“. Falsafah ini dimaknai secara umum adalah Kompas Dasar Orang Minang. Kompas dasar ini mengharuskan setiap orang Minang mestilah merujuk pada adat yang mana setiap adat atau kebiasaan ini mestilah sejalan dan tak bertentangan dengan Kitab Allah atau Al-Quranul karim.

Masyarakat Minang hari ini tentulah menjadikan dua Falsafah tadi sebagai Batu Uji dalan setiap sikap dan keputusannya. Batu Uji dua falsafah ini menjadi suatu hal yang secara holistik terikat pada setiap personal Orang Minang.

Bila kita coba turunkan dua Falsafah ini menjadi hal yang lebih konkrit terkait menghadirkan kepemimpinan, maka dua falsafah Ini telah membuatkan dua turunan arahan secara umum.

Pertama, ialah kepemimpinan yang hadir mestilah gaya kepemimpinan yang memiliki indikator kecerdasan sosial, terpaut dan dapat membaca lingkungan ataupun keadaan sekitar, tak mungkin kehadiran pemimpin tak mampu membaca kondisi yang sedang berkembang di masyarakat.

Pemimpin tersebut mesti tahu apakah masyarakat sudah dalam keadaan stabil, ada kendala publik dalam berkehidupan ataupun kendala Etis dalam bermasyarakat, bahkan hingga kendala Ekonomis dalam keseharian.

Membaca itu membutuhkan kecerdasan sosial layaknya sari dari Alam Takambang Jadi Guru, yang maksudnya dapat membaca alam dan lingkungan, termasuk manusia juga bagian dari alam lingkungan tersebut.

Kedua, pemimpin tersebut mestilah mencerminkan Falsafah yang kedua, ia mestinya menjadi Falsafah yang berjalan. Artinya, sosoknya tampak layaknya adat dan perintah Allah yang maujud berbentuk manusia.

Kepemimpinan paling mendasar adalah keteladanan, dan berbicara keteladanan bukan hanya kata-kata, tetapi juga sikap dan keseharian. Sudahkah sikapnya mencerminkan Kompas Moral dalam adat dan keteladanan menjalankan perintah Tuhan?.

Sudah menjadi barang wajib bagi orang Minang menjadikan indikator kecerdasan sosial dan spiritual melekat pada seorang manusia sebagai penentu pantas tidaknya seseorang untuk dijadikan pemimpin.

Maka, dimanapun sanak saudara berada carilah orang-orang yang dekat dengan indikator tersebut, sehingga menjadikan Rahmat Allah dekat dengan masyarakat dan berkah dalam kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *