Hilangnya Marwah PPP di Pemilu 2024
Oleh: Alvin Gumelar Hanevi
Pemilu tahun 2024 menjadi mimpi buruk bagi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai yang dikenal sebagai rumah besar umat Islam tersebut secara mengejutkan gagal mencapai ambang batas parlemen 4% setelah KPU menetapkan PPP hanya memperoleh 5,3 juta suara atau sekitar 3,87% suara.
Gagalnya PPP memperoleh kursi senayan menjadi berita yang cukup menghebohkan mengingat PPP merupakan partai lama dan sudah malang melintang dalam politik Indonesia. Mulai dari masa orde baru hingga saat ini.
Sejak berdirinya, PPP selalu memperoleh kursi legislatif pusat. Hal ini menjadi ironis jika dikomparasikan dengan keadaan dan kondisi PPP saat ini.
Merosotnya eksistensi PPP tidak lepas dari 3 faktor utama. Faktor pertama adalah konflik internal dan dualisme kepemimpinan PPP, hal ini memuncak ketika Suryadarma Ali dan Romahurmuziy bersaing menjadi orang nomor satu di PPP. Terjadinya polarisasi antara kubu Suryadarma Ali dengan kubu Romahurmuziy membuat PPP dilanda konflik internal yang tak kunjung reda dan sulit fokus untuk memperoleh suara di pemilu setelahnya.
Faktor kedua adalah rendahnya militansi pengurus PPP. Selain karena adanya konflik internal dan dualisme kepemimpinan, rendahnya kesadaran para pengurus untuk meningkatkan elektabilitas PPP dibuktikan dengan maraknya kasus korupsi yang menghinggapi Pengurus PPP Romahurmuziy sebagai Ketua umum PPP pada tahun 2019 secara mengejutkan tersandung kasus korupsi jual beli jabatan di Kemenag sehingga kepercayaan masyarakat terhadap PPP menjadi tergerus.
Faktor ketiga yaitu gagal memilih atau mendukung capres dan cawapres yang berlatar belakang agamais. Sebagai sebuah parpol Islam terbesar, memutuskan untuk mendukung capres dan cawapres yang bukan berlatar belakang agamais menjadi penyebab utama gagalnya PPP mendulang suara. Efek ekor jas capres dan cawapres sangat menentukan keterpilihan parpol pendukung.
Oleh sebab itu, ketika PPP memilih capres dan cawapres yang jauh dari background agamais maka konsekuensinya yaitu ditinggal oleh basis massa pendukungnya dan ketika jauh dari para kiayi maka akan berimplikasi kepada hilangnya dukungan massa Islam yang tentunya memiliki efek elektoral yang sangat besar bagi partai politik tertentu terutamanya PPP.