CerpenFEATUREDSastra Kita

Pengorbanan Hidup Seorang Remaja

Oleh: Juhari 

Pada suatu hari hiduplah seorang remaja yang bernama Dika farmation (Dika), dia ditinggal oleh kedua orang tuanya, dan sekarang tinggal dengan Bu Anisa. Dika memanggil Bu Anisa dengan sebutan (nenek), dia tinggal di gubuk dengan neneknya, dia pun merasa senang telah ada tempat tinggal karena diluaran sana banyak yang belum mempunyai tempat tinggal.

            Pada suatu ketika Dika pergi berkerja, sebagai sol sepatu (semir sepatu) dan dia pun merasa bangga dengan pekerjaannya. Namun, Dika mengalami caci makian oleh seorang anak sampai hatinya terluka, tetapi hebatnya dia tidak pernah putus asa, dia tetap melakukan pekerjaannya dengan sikap optimis tidak pernah mengeluh /putus asa.

            Beberapa bulan kemudian saat dia pergi berkerja, di jalan dia melihat sebuah koper di pinggir jalan, lalu dia membuka koper tersebut, karena penasarannya pada isi koper itu. Tidak disangka-sangka olehnya, jika isi koper tersebut uang sebesar 700 milyar, dia pun sangat terkejut dan seakan tidak percaya dengan uang sebanyak itu. Di dalam koper tersebut terdapat kartu nama seorang pemilik kopernya, karena sudah hampir petang dia pun memutuskan untuk mengantarnya besok.

***

            Pagi harinya, Dika pencari alamat seseorang yang mempunyai koper tersebut. Saat di jalan Dika bertemu dengan seseorang di jalan dan Dika bertanaya.

 “Assalamu’alikum mas.”

 “Iya, Waalikumsalam,bisa saya bantu?”

“Iya, Mas. Apakah mas ini kenal dengan orang ini?”

“Mas Ali? Mas tinggal lurus aja, nanti ada mobil, Mas tanya aja di sana.”

 “Oh, gitu ya Mas, yaudah ya, Mas. Terima kasih. Assalamualaikum.”

 “Iya, Waalaikumsalam.”

            Setelah Sampai di depan rumah tersebut, Dika pun bertanya,

”Assalamu’alikum.”  

“Waalaikumsalam,”

“Apakah benar ini rumahnya mas Ali?”

 “Iya, benar saya sendiri orangnya.”

“Saya kemari menemukan koper ini dan saya menemukan kartu nama ini di dalamnya.”

 “Iya, Mas. Ini koper saya yang hilang, uang ini gaji untuk perusahaan kami.”

“Ya, saudah Mas. Ini kopernya, maaf ya, saya pamit pulang dulu.”

“Kenapa harus buru-buru mas tidak masuk dulu?”

“Tidak, mas.  Terima kasih.”

 “Hmm, rumah mas di mana?”

“Saya tinggal di jalan Situbondo bersama nenek saya mas, kalau begitu saya pamit pulang dulu.

“Assalamualaikum.”

 “Iya, Mas. Waalaikumsalam.”

            Sebulan setelah itu nenek meninggal, Dika pun tinggal sendirian, dia mencukupi kehidupannya dengan hasil kerjanya. Suatu hari Mas Ali datang ke rumah Dika, dia melihatnya sendirian, dan Mas Ali merasa kasihan dengan Dika.

Mas Ali menyusul Dika.

“Assalamualikum Dika.”

 “Mas Ali? Waalaikumsalam, Mas Ali, kenapa apakah uangnya ada yang kurang? Demi Tuhan saya tidak sedikit pun mencuri uang tersebut.”

“Oh, tidak. Tujuan saya kesini ingin mengajak Mas Dika untuk bekerja di perusahaan saya, apakah Mas Dika tidak keberatan.”

“Oh, tentu tidak mas. Iya saya mau untuk bekerja di perusahaan Mas.”

 “Kalau begitu, saya tunggu yang mas, ya sudah saya pamit pulang dulu ya.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

            Lima tahun ke depan, Dika pun menjadi bos di perusahaannya dan kini dia menjadi orang yang sangat baik dan sukses, inilah perjalanan seorang yang sangat pahit, dari tukang sol sepatu hingga menjadi orang yang sukses.

Pesan :

       Kita sebagai seseorang tidak boleh lemah atau pun putus asa, karena seseorang yang putus asa tidak akan mendapatkan keinginannya sepenuh hidupnya, dan kita harus jujur saat melakukan sesuatu. (Kunci hidup sukses jujur dan ta’at pada pada agama)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *